Selasa, 13 November 2012

Ini adalah tulisan silsilah dari keluarga para raja, serta anak cucu semuanya. Dimulai dari Paduka Sinuhun Prabu Brawijaya V, yang terakhir.

PADUKA SINUHUN PRABU
BRAWIJAYA V PAMUNGKAS
di Majapahit  tahun 1334.

Hingkang Sinuhun Prabu BRAWIJAYA V, memperistri :
Gusti Kanjeng Ratu Handarawati, putri Campa.
Dalam riwayat Sang Prabu memegang Kekuasaan selama 50(lima puluh) tahun, karena ayahnda menjadi raja hanya  4(empat) tahun. Memperoleh banyak keturunannya  sebanyak 100(seratus) putera-puteri. Dan penulis disini hanya menyajikan 91 (sembilan puluh satu) putera-puteri, sedangkan yang meninggal tidak.

Nama putera puteri Sang Prabu BRAWIJAYA, adalah sebagai berikut :
 1. Raden Jaka Dilah, menjabat Adipati di Palembang;
 2. Raden Jayapanulih, menjabat Adipati di Sumenep;
 3. Putri Ratna Pambayun, menikah dengan Prabu Srimakurung Handayaningrat, di Pengging yang terakhir.
 4. Dewi Manik, menikah dengan Hario Gumangsang;
 5. Hario Lembu Peteng, menjabat Adipati di Madura;
 6. Hario Dewa Ketul, menjabar Adipati di Bali;
 7. Raden Jaka Prabangkara;
 8. Raden Jaka Krewet, menjabat Adipati di Borneo (Kalimantan);
 9. Raden Jaka Kretek, menjabat Adipati di Makasar (Sulawesi);
10. Raden Surenggana;
11. Raden Sujana, menjabat Adipati di Palembang;
12. Putri Ratna Bintara, menikah dengan Adipati Nusabrong;
13. Raden Fatah (Syam Alam Akbar) Sultan Demak I (pertama);
14. Raden Bundan Kajawan Kiyai Ageng Tarup III;
15. Ratu Ayu, menikah dengan Hajar Windusana;
16. Raden Gajah Pramana;
17. Putri Ratna Marsandi, menikah dengan Juru Paniti;
18. Putri Ratna Marlangen, menikah dengan Adipati Marlangen;
19. Putri Ratna Sataman, menikah dengan Hario Jaranpanulih;
20. Putri Ratna Satamin, menikah dengan Hario Bangah, di Pengging;
21. Batara Katong, menjabat Adipati Katong, di Ponorogo;
22. Raden Gugur, Sunan Lawu;
23. Putri Kanistren, menikah dengan Hario Baribin, di Madura;
24. Putri Kaniraras, menikah dengan Hario Pekik, di Pengging;
25. Dewi Ambar, menikah dengan Hario Partaka;
26. Raden Hario Surongsong, meninggal di Kedu.
27. Raden Hario Wangsa, nama gelar Kyai Ageng Pilang;
28. Raden Jaka Dandun, nama gelar Syeh Belabelu;
29 Raden Jaka Dander,  nama gelar Nawangsaka;
30. Raden Jaka Balot, nama gelar Kidangsana;
31. Raden Jaka Barak, nama gelar Carang Gana;
32. Raden Jaka Paturih, nama gelar Pacangkringan;
33. Putri Dewi Sampur;
34. Raden Jaka Laweh, nama gelar Duruan;
35. Raden Jaka Jaduk, nama gelar Malang Sumirang;
36. Raden Jaka Balut,  nama gelar Megatsari;
37. Raden Jaka Suwung;
38. Putri Dewi Sukati;
39. Raden Jaka Tarwa, nama gelar Banyakwulan;
40. Raden Jaka Maluwa, nama gelar Banyak Modang;
41. Raden Jaka Lanang, nama gelar Banyak Bakung;
42. Raden Jaka Langsing, nama gelar Banyakputra;
43. Putri Dewi Rantang;
44. Raden Jaka Semprung, nama gelar Kiyahi Ageng Brandet;
45. Raden Kunijang, nama gelar Hario Tepos;
46. Raden Jaka Lemboso, nama gelar Hario Pacetlondo;
47. Raden Jaka Lirih;
48. Raden Jaka Lawu;
49. Putri Dewi Paniwet;
50. Raden Jaka Barong;
51. Raden Jaka Bindho, nama gelar Baratketigo;
52. Raden Jaka Blabur, nama gelar Saputarup;
53. Raden Jaka Budu, nama gelar Tawangbalun;
54. Raden Jaka Tarikbolong;
55. raden Jaka Lengis, nama gelar Jejeran;
56. Raden Guntur;
57. Raden Jaka Malot;
58. Raden Jaka Sinorang, nama gelar Sulangjiwa.
59. Raden Jaka Jatang, nama gelar Singapadu;
60. Raden Jaka Karawu, nama gelar Macanpuro;
61. Raden Jaka Krendo, nama gelar Panulahar;
62. Raden Jaka Jinggring, nama gelar Norowito;
63. Raden Jaka Salembar, nama gelar Panangkilan;
64. Raden Jaka Tangkeban, nama gelar Wanengwulan;
65. Raden Jaka Buras, nama gelar Palingsingan;
66. Raden Jaka Kaburu, nama gelar Pasingsingan;
67. Raden Jaka Lambang, nama gelar Hasticepi;
68. Raden Jaka Lumuru, nama gelar Katawangan;
69. Raden Jaka Doblang, nama gelar Yudasara;
70. Raden Jaka Golok, nama gelar Jatinom;
71. Raden Jaka Bluwa, nama gelar Syeh Sekardali;
72. Raden Jaka Wayah, nama gelar Syeh Bubukjanur;
73. Raden Jaka Pandak, nama gelar Syeh Kaliatu;
74. Raden Jaka Bodho, nama gelar Kiyai Ageng Majastra;
75. Raden Jaka Gapyuk, nama gelar Kiyai Ageng Palesung;
76. Raden Jaka Sengara, nama gelar Pangayat;
77. Raden Jaka Supeno, nama gelar Kiyai Ageng Tembayat;
78. Raden Jaka Pangawe, nama gelar Raden Singunkara;
79. Raden Jaka Turas, nama gelar Raden Hadangkoro;
80. Raden Jaka Suwanda, nama gelar Raden Jaka Lelana;
81. Raden Jaka Suwarno, nama gelar Raden Jaka Tanengkung;
82. Raden Jaka Ketul, nama gelar Raden Lembaksiu;
83. Raden Jaka Dalun, nama gelar Gagakpranolo, dimakamkan di pasarean Astana Laweyan Solo;
84. Raden Jaka Wirun, nama gelar Raden Sarasidho;
85. Raden Jaka Sumeno, nama gelar Raden Kenitan;
86. Raden Jaka Besur, nama gelar Raden Saragading;
87. Raden Jaka Gatot, nama gelar Raden Balaruci;
88. Raden Jaka Raras, nama gelar Raden Notosanto;
89. Raden Jaka Paniti, nama gelar Raden Panurta;
90. Raden Jaka Paniti, nama gelar Raden Lawangsari, dan
91. Raden Jaka Sawunggaling.

Diantara keturunan Prabu BRAWIJAYA V Pamungkas, sebanyak 8(delapan) putera-puteri pindah dan berkedudukan di pulau Bali, beserta banyak punggawa (abdi dalem) dan rakyat pengikutnya (kawulo). Mereka mendirikan kerajaan dan menurunkan para Stede houwer, Raja-raja. Menurut asalnya masyarakat di Bali terdapat dua turunan adalah: 1). Keturunan Bali asli; 2). Keturunan Majapahit.

RUNTUH KERAJAAN MAJAPAHIT
Para Wali menobatkan putra Prabu BRAWIJAYA V yang ke 13(tigabelas) di Majapahit, bernama Raden Fatah, satriya dari Glagahwangi, nama gelar Adipati Notopraja. Kerajaan pindah ke Jawa Tengah, dengan ibukotanya Demak. Kemudian nama gelar beliau Sultan Bintara I(pertama), atau diebut juga dengan gelar nama Syah Alam Akbar, memegang kekuasaan kerajaan selama 5(lima) tahun.
Setelah wafat kedudukan beliau digantikan oleh putranya Raden Prawata, nama gelar Sultan Bintara II(kedua), memegang kekuasaan kerajaan selama 2(dua) tahun. Setelah wafat digantikan saudaranya Raden Trenggono, nama gelar Sultan Bintara III(ketiga), memegang kekuasaan kerajaan selama 33(tiga puluh tiga) tahun. Mereka dimakamkan dibelakang masjid Demak.
Dalam riwayat putra Sultan Bintara II(kedua) bernama Hario Penangsang, satriya di Jipang tidak menyetujui penobatan Sultan Trenggono, sehingga terjadi perang antara Hariao Penangsang dengan Jaka Tingkir  Sultan Pajang adalah sebagai putra mantu Sultan Demak III di Demak. Karena kerajaan Demak tahun 1458 pindah ke Pajang.
Perang dimulai oleh pihak Raden Danag Sutawijaya, yang dipimpin oleh Kiyai Ageng Jurumartani, beliau adalah kakek pamannya, disertai pula oleh Kiyai Agneg Pati, serta ayhnda Kiyai Ageng Pemanahan. Dan dalam riwayat Raden Hario Penangsang gugur dalam medan perang. 
Raden Danang Sutawijaya, diberikan hadiah tanah wilayah Mantaok; sedangkan Kiyai Ageng Penjawi mendapat hadiah tanah wilayah Pati.

PUTRA PUTRI DALEM KANJENG SULTAN BINTARA III
(RADEN TREANGGONO)

Keturunan Sultan Bintara III, sebanyak 10(sepuluh) putera puteri, adalah :
  1. Panembahan Mangkurat;
  2. Ratu Mas Pambayun, menikah dengan Kiyai Ageng Lang;
  3. Panembahan Prawata I(pertama);
  4. Ratu Mas Mantingan, menikah dengan Pangeran Made Pandan;
  5. Ratu Mas Kalinyamat;
  6. Ratu Mas Hario di Surabaya;
  7. Ratu Mas Katambang;
  8. Ratu Mas Cepaka, menikah dengan Sultan Pajang Hadiwijaya;
  9. Panembahan Mas di Madiun, dan
10. Ratu Sekarkedaton.

Kanjeng Sultan Bintara III, mempunyai isteri / garwa, adalah :
 * Garwa/isteri yang pertama (no:1) adalah putera Kiyai Ageng Malaka;
 * Garwa/isteri yang kedua (no:2) adalah putera Sunan Kalijaga.

Nyi Mas Ratu Kalinyamat, bertapa tanpa busana hanya terselimutkan oleh rambut beliau di wukir Bonoraja, hal ini dilakukan karena suaminya dibunuh oleh Raden Hario Panangsang. Beliau berikrar "Ora pati bubar singku tapa yen ora keset rambute Hario Panangsang" / "Jika karena mati bertapa ini tidak disudahi kalau tidak keset rambutnya Hario Penangsang".

Panembahan Prawata I, menurunkan 4(empat) putera puteri adalah :
 1. Raden Ayu Juru.
 2. Panembahan Prawata II.
 3. Raden Ayu Surajaya, dan
 4. Panembahan Pruwita di Ngreden Delanggu. Cucu dari Kanjeng Sultan Bintara III.

Panembahan Mas di Madiun, menurunkan 13(tiga belas) putera puteri adalah:
 1. Raden Ayu Semi, di Kalinyamat;
 2. Raden Ayu Pengulu;
 3. Pangeran Kanoman;
 4. Raden Ayu Pasangi;
 5. Raden Mas Lontang Hirawan, di Japan;
 6. Raden Ayu Dumilah, menikah dengan Sinuhun Panembahan Senapati di Mataram, isteri ke 2(dua);
 7. Raden Mas Tangsang Hirawan, di Madiun;
 8. Raden Mangkurat Wiryawan, di Madiun;
 9. Raden Hario Sememi;
10. Raden Hario Sumantri;
11. Raden Ayu Pamegatan;
12. Panembahan Hawuryan, dan
13. Raden Hario Kanoman.

Raden Mas Lontang Hirawan, menurukan 3(tiga) putera puteri, adalah :
 1. Panembahan Juminah II(kedua), di Madiun;
 2. Raden Mas Julik, dan
 3. Raden Hario Partoloyo, di Madiun.

Panembahan Juminah II(kedua), menurunkan putera puteri, adalah:
 *) Raden Balitar, menurunkan Raden Tumenggung Balitar, menurunkan Gusti Kanjeng Ratu Pakubuwana, Prameswari Pakubuwana I(pertama), menurunkan Sinuhun Prabu Mangkurat Jawa.


RATNA PAMBAYUN PUTRIDALEM HINGKANG
SINUHUN PRABU BRAWIJAYA V, PAMUNGKAS DI MAJAPAHIT.

Menikah dengan Srimakurung Prabu Handayaningrat yang terakhir, berkedudukan di Pengging. Runtuhnya keadaan Kerajaan Pengging senasib dengan Kerajaan Majapahit dari penyerbuan Islam.

Ratna Pambayun menurunkan 3(tiga) putera puteri, adalah :
 1. Kiyai Ageng Kebokanigara, tidak mempunyai keturunan;
 2. Kiyai Ageng Kebokenanga, menurunkan Mas Karebet, dan
 3. Raden Kebo Amiluhur, dewasa wafat.

Mas Karebet pada waktu masih balita telah ditinggal wafat ayah, dan tak lama kemudian ibunya wafat. Sepeninggalan orang tuanya diasuh oleh Kiyai Ageng Tingkir, beliau adalah seperguruan dengan ayah Mas Karebet. Oleh karenya tempat tinggal berpindah dari Pengging ke Tingkir (letaknya dekat kota Slatiga), dan kebetulan Kiayi Ageng Tingkir tidak mempunyai keturunan.
Dalam riwayat Mas Karebet setelah dewasa mengabi ke Demak menjadi prajurit Tamtama, karena berparas tampan dan cerdik diambil menantu oleh Sang Prabu, dinikahkan dengan Ratu Mas Cepaka.

Menurunkan 7(tujuh) putera puteri, adalah:
 1. Ratu Mas Pambayun, di Ngarisbaya;
 2. Ratu Mas Kumelut, di Tuban;
 3. Ratu Mas Adipati, di Surabaya;
 4. Ratu Mas Banten, dinikahi Adipati Mondoroko, sebagai Patih dari Sinuhun Panembahan Senopati.
 5. Ratu Mas Japara;
 6. Adipati Benawa, nama gelar Sultan Hawijaya, di Pajang, dan
 7. Pangeran Sindusena.

Tahun 1458 Sultan Hadiwajaya, dinobatkan raja di Pajang, dan berkuasa selama 32(tiga puluh dua) tahun.
Sultan Ngawantipura, dinobatkan sebagai raja dan berkuasa selama 3(tiga) tahun.
Adipati Benawa Sultan Hawijaya, dinobatkan sebagai raja dan berkuasan selama 1(satu) tahun.

Setelah wafat Kanjeng Sultan Hadiwijaya dan puteranya Adipati Benawa, dimakamkan di pasareyan Butuh, terletak di wilayah Kabupaten Sragen.

Kanjeng Adipati Benawa menurunkan 3(tiga) putera puteri
yaitu  :
1. Pangeran Mas, menjabat sebagai Adipati di Pajang.
2. Pangeran Kaputrah, di Pajang.
3. Kanjeng Ratu Mas Hadi, sebagai prameswari Hingkang Sinuhun Prabu Hadi Hanyakrawati, di Mataram, menurunkan putra Hingkang Sinuhun Kanjeng Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma di Mataram.

Ratu Mas Banten, menikah dengan Adipati Mondoroko Ki Jurumartani, menjabat Patih Paduka Sinuhun Panembahan Senapati ing Ngalaga, di Mataram, menurunkan putera puteri :
1. Adipati Jagabaya Banten, menurunkan putra :
    a. Adipati Senabaya Banten, menurunkan putra :
    b. Kanjeng Panembahan Bagus Banten, mwnurunkan putra :
    c. Raden Ayu Tirtokusumo ing Pancuran, menurunkan putra :
    d. Raden Ajeng Temu, menikah dengan Adipati Sindurejo, menjabat Patih dari Hingkang Sinuhun
        Paku Buwana III di Surakarta, menurunkan putra :
    e. Kanjeng Bandara Raden Ayu Adipati Mangkunegoro II di Surakarta, menurunkan putra :
    f. Raden Ayu Notokusumo (Raden Ajeng Sayati) menurunkan putra :
    g. Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Mangkunegoro III.

Ini adalah Trah Keturunan dari Adipati Mondoroko Ki Jurumartani.
Adipati Mondoroko menurunkan putra :
Pangeran Hupasanta hing Batang, menikah dengan putri Adipati Benawa hing Pajang, menurunkan putra :
1. Kanjeng Ratu Batang, sebagai Prameswari Paduka Sinuhun Kanjeng Sultan Agung Prabu 
    Hanyokrokusumo, di Mataram.
2. Panembahan Mas, menjabat Adipati di Pajang putra dari Adipati Benawa, peputra Panembahan
    Radin, Panembahan Ramawijaya, dan Raden Ayu Purbaya III.
3. Kanjeng Ratu Kulon, sebagai prameswari dari Paduka Sinuhun Prabu Hamangkurat Agung ing
    Mataram.
4. Pangeran Pujamenggala.
5. Pangeran Adipati Wiramenggala.

Ini adalah putra dari Pangeran Mas Adipati hing Pajang.

Pergantian Dinasti ke Putra Majapait No.14
RADEN BUNDANKAJAWAN / BONDAN KEJAWEN

Asal keturunan Raja di Mataram sampai dengan Raja Surakarta.
Kiyai Ageng Tarup II,mempeisteri widadari bernama Dewi Nawangwulan, menurunkan putra :
Dewi Nawangsih, kagarwa Raden Bunda Kajawan, putra Sinuhun Prabu Brawijaya V di Majapait. Kemudian memakai nama gelar Kiyai AGENG TARUP III, menurunkan 3(tiga) putra putri adalah :
1). Raden Dukuh Kiyai Ageng Wonosobo, menjadi putra menanatu Sunan Maja Agung.
2). Raden Depok, Syeh Abduliah, demikian pula menjadi putra menantu Sunan Maja Agung
3). Rara Kasihan, menikah dengan Kiyai Ageng Ngerang I.

2). Raden Depok, kemudian memaki nama gelar Kiyai Ageng Getaspandawa. menurunkan putera :
     (1). Bagus Sogam, setelah dewasa bernama: Abdulrachman.
            Tempat kediaman di desa Selo, memakai nama gelar Kiyai Ageng Selo.
            Kiyai Ageng Selo menikah dengan :
            1. putrinya Kiyai Ageng Wonosobo, masih keponakan dari saudara.
            2. putrinya Kiyai Ageng Ngerang, masih keponakan dari saudara.

Putra dari isteri no.2, bernama: Bagus Anis, wafat dimakamkan di Astana Lawiyan Sala. Garwanipun Kiyai Ageng Anis adalah putra dari Kiyai Ageng Wonosobo, menurunkan putra :

Bagus Kacung, nama gelar Kiyai Ageng Pemanahan, karena semula bertempat tinggal di desa Manahan Sala. Dan setelah putranya dinobatkan sebgai Raja Mataram, berganti nama gelar yaitu: Kiyai Ageng Mataram.
Beliau wafat dimakamkan di Astana Kota Cede, Yogyakarta.
Isteri dari putranya Pangeran Made Pandan menurunkan putra :
1. Adipati Manduranegara.
2. Hingkang Sinuhun Panembahan Senapati di Ngalaga.
3. Pangeran Ronggo.
4. Nyai Ageng Tumenggung Mayang.
5. Pangeran Hario Tanduran.
6. Nyai Ageng Tumenggung Jayaprana.
7. Pangeran Teposono.
8. Pangeran Mangkubumi.
9. Pangeran Singasari.
10. Raden Ayu Kajoran.
11. Pangeran Gagak Baning, wafat dimakamkan berdampingan dengan Hingkang Sinuhun Panembahan Senapati di makam Astana Kota Gede.
12. Pangeran Pronggoloyo.
13. Nyai Ageng Haji Panusa, di Tanduran.
14. Nyai Ageng Panjangjiwa.
15. Nyai Ageng Banyak Potro, di Waning.
16. Nyai Ageng Kusumoyudo Marisi.
17. Nyai Ageng Wirobodro, di Pujang.
18. Nyai Ageng Suwakul, wafat dimakamkan di  Astana Lawiyan.
19. Nyai Ageng Mohamat Pekik di Sumawana.
20. Nyai Ageng Wiraprana di Ngasem.
21. Nyai Ageng Hadiguno di Pelem.
22. Nyai Ageng Suroyuda Kajama.
23. Nyai Ageng Mursodo Silarong.
24. Nyai Ageng Ronggo Kranggan.
25. Nyai Ageng Kawangsih Kawangsen.
26. Nyai Ageng Sitabaya Gambiro.

Jenjang urutan dari Prabu Brawijaya V.
Prabu Brawijaya V di Majapait, menurunkan putera puteri adalah :
Raden Bundan Kajawan, peputra :
Raden Getas Pendawa, peputra :
Kiyai Ageng Selo, peputra :
Kiyai Agepg Anis, peputra :
Kiyai Ageng Pemanahan, peputra :
Hingkang Sinuhun Panembahan Senapati ing Ngalaga.


HINGKANG SINUHUN PANEMBAHAN SENAPATI ING NGALAGA

Dinobatkan sebagai Raja Mataram pada tahun 1586.
Belia wafat  pada tahun 1601.
Pernikahan 1(pertam) dengan putri dari Kiyai. Ageng Pati (Panjawi).
Pernikahan 2(kedua) dengan putra dari Adipati Mas hing Madiun.
Putra putri beliau adalah :

  1. Gusti Kanjeng Ratu Pambayun Garwa Kiayi Ageng Mangir. Setelah berstatus janda menikah
      dengan Kiyai Ageng Karanglo.
  2. Pangeran Ronggo, Raden Ronggo diriwayatkan bertarung dengan Uling Laut Selatan. Bibi dari
      Kalinyamat.
  3. Pangeran Puger, menjabat sebagai Adipati di Demak.
  4. Pangeran Teposono.
  5. Pangeran Purbaya, diberikan sebutan Purbaya terbang. Bibi dari Giring.
  6. Pangeran Rio Manggala.
  7. Adipati Jayaraga di Ponorogo.
  8. Hingkang Sinuhun Hadi Prabu Hanyakrawati.
  9. Gusti Raden Ayu Demang tanpa Nangkail.
10. Gusti Raden Ayu Wiramantri,  di Ponorogo.
11. Pangeran Pringgalaya.
12. Panembahan Juminah, putra dari isteri No.2.
13. Adipati Martalaya, di Madiun.
14. Pangeran Tanpa Nangkil

Paduka Sinuhun Panembahan Senapati, raja Mataram wafat dimakamkan di Astana Kota Gede, demikan juga Pangeran Ronggo.

KERAJAAN PINDAH DUMATENG MATARAM. IBU KOTA, PLERET.

Pergantian Dinasti adalah Bondan Kejawan, putra Majapahit nomor: 14.
Paduka Sinuhun Panembahan Senapati, dinobatkan menjadi Raja pertama kali.

Sekar Sinom
"Nulata laku utama, tumraping wong Tanah Jawi.
Priyagung hing Ngeksigondo, Panembahan Senapati.
Kapati amarsudi, sudaning hawa lan napsu.
Pinesu tapa brata, tanapi hing siyang ratri.
Amemangun karyanak tyasing sasama."



ASALSILSILAH PADUKA SINUHUN PRABU HADI HANYAKRAWATI
di Mataram. Menurut Pancer dari garis Ibu

Dinobatkan menjadi Raja tahun 1601, dan wafat pada tahun 1613 .
Silsliah :
a. Sunan Maulana Mahribi, menurunkan putera :
b. Kiyai Ageng Ngerang I, menurunkan putera :
c. Kiyai Ageng Ngerang II, menurunkan putera :
d. Kiyai Ageng Ngerang III, menikah dengan Ratu Panengah, putra dari Sunan Kalijaga, menurunkan
    putera :
e. Kiyai Ageng Penjawi (Pati), menurunkan putera :
f. Kanjeng Ratu Mas, menikah dengan Paduka Sinuhun Penembahan Senapati Ing Ngalaga, menurunkan putera :
g. Paduka Sinuhun Prabu HANYAKRAWATI di Mataram.

Wafat dimakamkan di Astana Kota Gede, disebelah bawah makam ayahnda.
Paduka Sinuhun Prabu Hadi Hanyakrawati, menikah yang pertama dengan Gusti Kanjeng Ratu MASHADI putri dari Adipati Benawa di Pajang. Menikah yang kedua dengan Ratu Lungayu di Ponorogo.
Menurunkan putra putri sebanyak 12(duabelas) yaitu :

  1. Paduka Sinuhun Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma.
  2. Pangeran Hario Mangkubumi.
  3. Pangeran Bumidirja.
  4. Pangeran Martapura.
  5. Ratu Mas Sekar, garwa Pangeran Pekik Surabaya.
  6. Ratu Mas Sekar, garwa Pangeran Ronggo hing Pati.
  7. Pangeran Buminata.
  8. Panger.an Notopuro.
  9. Pangeran Pamenang.
10. Pangeran Sularong.
11. Gusti Kanjeng Ratu  Wirakusuma hing Jipang.
12. Pangeran Pringgoloyo.

Paduka Sinuhun Prabu Hadi Hanyakrawati, mendapat gelar nama yaitu: Sinuhun sedho Krapyak.
berkenaan dengan peristiwa saat Paduka Sinuhun wafat pada saat berburu di hutan Krapyak.

ASALSILAHIPUN 
PADUKA SINUHUN KANJENG SULTAN AGUNG PRABU HANYAKRAKUSUMA Dari garis pancer Ibu


Dinobatkan menjadi Raja pada tahun 1613.
Beliau wafat pada tahun 1645.
Wafat dimakamkan di Pesarean Astana Pajimatan Imogiri, Ngayugyakarta; yang pertama-kali.
Isteri beliau masih saudara keponakan putri dari Pangeran Hupasanta di Batang, bernama Kanjeng Ratu Kulon utawi Kanjeng Ratu Batang.

a. Paduka Sinuhun Kanjeng Sultan Hadiwijaya Jaka Tingkir di Butuh Sragen, menurunkan putera :
b. Pangeran Adipati Benawa hing Pajang, menurunkan putera :
c. Gusti Kanjeng Ratu Mas Hadi, sebagai prameswari Paduka Sinuhun Prabu Hadi Hanyakrawati,
    menurunkan putera :
d. Hingkang Sinuhun Kanjeng Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma hing Mataram.
    menurunkan putera putri sebanyak 8(delapan) adalah :
   1). Pangeran Demang Tanpa Nangkil.
   2). Pangeran Ronggo Kajiwan.
   3). Gusti Ratu Ayu Winongan.
   4). Pangeran Ngabehi Loring Pasar.
   5). Pangeran Purubaya.
   6). Paduka Sinuhun Kanjeng Susuhunan Prabu Hamangkurat Agung, di Mataram.
   7). Gusti Raden Ayu Wiromantri.
   8). Pangeran Danupaya.

Paduka Sinuhun Kanjeng Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma, ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Republik Indoneisa, pada tahun 1980, dengan Piagam yang ditandatangani Presiden Soeharto.

Yen Sinuhun ing Mataram Sultan Agung tan kena tiniru yekti. Sebab iku Wali Ratu.
Mujijate wus dadiyo pratanda. Wali miwah jumeneng Ratu. Pindha Kang Maha Suci, hangejawantah dadi Sang Prabu. Lir Njeng Rasullolah nguni, wus kaliyang nunggal.
Mula mintaha Barkah kemawon.

H1NGKANG SINUHUN
PRABU HAMANGKURAT AGUNG, HING MATARAM, SAKING HINGKANG IBU

Dinobatkan menjadi Raja pada tahun 1645. Wafat pada tahun 1677.

Prameswari Paduka Hamangkurat Agung yang Pertama, adalah putri dari Pangeran Pekik, di Surabaya.
Prameswari Paduka Hamangkurat Agung yang Kedua, adalah putri dari Panembahan Radin.
a. Kiyai Ageng Dukuh di Wonosobo, menurunkan putra :
b. Pangeran Made Pandan, menurunkan putra :
c. Adipati Mondoroko, nama gelar Ki Jurumartani, menurunkan putra :
d. Pangeran Huposonto di Batang, menurunkan putra :
e. Kanjeng Ratu Kulon, menikah dengan Paduka Sinuhun Kanjeng Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma.
    Dsebut juga dengan nama gelar: Kanjeng Ratu Batang, menurunkan putra :
f. Paduka Sinuhun Kanjeng Susuhunan Prabu Harnangkurat Agung, di Mataram,

Putra putri beliau seluruhnya adalah :

  1. Paduka Sinuhun Hamangkurat Mas (Amral), dilahirkan dari Isteri Pertama: Kanjeng Ratu Kulon,
      adalah putri dari Pangeran Pekik, di Surabaya.
  2. Paduka Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwana I(pertama) atau Pangeran Puger, dilahirkan dari
      isteri kedua :  Kanjeng Ratu Wetan, adalah putri  dari Panembahan Radin,
  3. Gusti Raden Ayu Pamot.
  4. Pangeran Martosana.
  5. Pangeran Singasari.
  6. Pangeran Silarong.
  7. Pangeran Notoprojo.
  8. Pangeran Ronggo Satoto.
  9. Pangeran Hario Panular.
10. Gusti Raden Ayu Adip Sindurejo, menikah dengan Patih Sindurejo di Kartasura.
11. Gusti Raden Ayu Kletingkuning, garwanipun Raden Trunajaya, Hingkang ngraman. 1674 - 1680
12. Gusti Raden Ayu Mangkuyudo.
13. Gusti Raden Ayu Adipati Mangkupraja.
14. Pangeran Hario Mataram.
15. Bandara Raden Ayu Danureja.
16. Gusti Raden Ayu Wiromenggolo.

Paduka Sinuhun Susuhunan Prabu Hamangkurat Agung, wafat dimakamkan di Tegal Arum. Dusun Jelak Kota Tegal.

ASALSILAHIPUN 
PADUKA SINUHUN KANJENG SUSUHUNAN PAKU BUWANA I
DI KARTASURA

Garis Pancer dari Trah/Keturunan Ibu.
Dinobatkan menjadi Raja pada thaun 1704. Wafat pada tahaun 1719.
Paduka yang dinobatkan sebagai Raja yang pertama kali di Kartasura, Paduka inuhun Kanjeng Susuhunan Hamangkurat Amral. Kemudian tapuk kerajaan digantikan oleh putranya Paduka Sinuhun Kanjeng Susuhunan Hamangkurat Kencet.
Kemudian digantikan oleh paduka Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwana I (Puger).
Adik Paduka Sinuhun Hamangkurat Amral, mempersunting Gusti Kanjeng Ratu Paku Buwana, putrinipun Tumenggung Balitar.
a. Kanjeng Gusti Adipati Benawa di Pajang, menurunkan putra :
b. Panembahan Radin, menurunkan putra :
c. Kanjeng Ratu Wetan, Prameswari dari Paduka Sinuhun Prabu Hamangkurat Agung, menurunkan putra :
d. Paduka Sinuhun Paku Buwana I, di Kartasura; menurunkan putra putri :
    1). Gusti Raden Ayu Lembah.
    2). Pangeran Ngabehi.
    3). Paduka Sinuhun Hamangkurat Jawa,
    4). Gusti Raden Ayu Mangkubumi.
    5). Pangeran Herucakra Hing Madiun.
    6). Pangeran Hario Prangwadono.
    7). Pangeran Ngalaga.
    8). Pangeran Pamot.
    9). Adipati Sindurejo.
  10). Pangeran Purubaya, di Lamongan, saking garwa.
  11). Pangeran Balitar.
  12). Kanjeng Ratu Ajunan, menikah dengan Pangeran Tjakraningrat di Madura.


PAMBRONTAKAN RADEN TRUNAJAYA

Semasa keuasaan pemerintahan Paduka Sinuhun Kanjeng Susuhunan Prabu Hamangkurat Agung di Kerajaan Mataram, terjadi peristiwa pemberontakan yang dipimpin oleh Raden Trunajaya.
Dalam peristiwa ini Paduka Sinuhun terdesak namun dapat meloloskan diri dari Karaton, dan mengungsi sampai di Tegal. Setelah beberapa waktu lamanya di Tegal, memerintahkan kepada putranya Pangeran Puger, agar menyirnakan Raden Trunajaya.
Kehendak Sinuhun dapat terwujut dengan terbunuhnya Raden Trunojoyo di Ardi Ngantang Jawa Timur.

Setelah Paduka Sinuhun Prabu Hamangkurat Agung wafat dimakamkan di Tegal Arum, sebuah desa dekat dengan kota Tegal. Sedangkan keadaan Karaton Mataram rusak, kemudian Gusti Pangeran Puger mendirikan bangunan keraton di Kartasura, yang kemudian diberikan kepada kakak Hamangkurat Mas (Amral).


KRATON PINDAH DATENG KARTASURA.

Yang dinobatkan Raja pertama kali adalah, Paduka Sinuhun Prabu Hamangkurat Mas (Amral).
Kemudian Raja kedua adalah, Paduka Sinuhun Prabu Hamangkurat Kencet .
Selanjutnya Paduka Sinuhun Paku Buwana I (Puger). Terhitunh masih saudara muda dengan Hamangkurat Mas.



PADUKA SINUHUN
KANJENG SUSUHUNAN PRABU HAMANGKURAT MAS (AMRAL)

Dinobatkan Raja di Karaton Kartasura
Menurunkan putra putri adalah :
1. Paduka Sinuhun Prabu Hamangkurat Kencet.
2. Pangeran Lembah.
3. Pangeran Teposono.
4. Raden Mas Garandi, Sunan Kuning, dilarkan dari isteri selir keturunan Cina.
5. Gusti Raden Ayu Dandun Matengsari.
Paduka Sinuhun tidak menurunakan Raja. Wafat dimakamkan di  Astana Pajimatan Imogiri.


ASALSILAHIPUN PADUKA SINUHUN KANJENG SUSUHUNAN HAMANGKURAT JAWA, HING KARTASURA

Garis Pancer dari Trah/Keturunan Ibu.
Dinobatkan menjadi Raja pada tahun 1719. Wafat pada tahun 1727.
Menikah dengan Kanjeng Ratu Kencana, putrinipun Ki Tumenggung Tirtakusuma.

a. Kanjeng Sultan Demak Bintara III, menurunkan putra :
b. Kanjeng Panembahan Mas, di Madiun, menurunkan putra :
c. Gusti Kanjeng Ratu Retnodumilah, menikah dengan Paduka Sinuhun Panembahan Senapati di Ngalaga,
    menurunkan putra :
d. Panembahan Juminah Hing Madiun, menurunkan putra :
e. Pangeran Adipati Balitar, menurunkan putra :
f.  Ki Tumenggung Balitar, menurunkan putra :
g. Gusti Kanjeng Ratu Paku Buwana I, di  Kartasura menurunkan putra :
h. Paduka Sinuhun Hamangkurat Jawa di Kartasura.

Putra Putri dalem :
  1. Kanjeng Pangeran Hario Mangkunegoro, di Kartasura.
  2. Gusti Raden Ayu Suroloyo, di Brebes.
  3. Gusti Raden Ayu Wiradigda.
  4. Gusti Pangeran Hario Hangabehi.
  5. Gusti Pangeran Hario Pamot.
  6. Gusti Pangeran Hario Diponegoro.
  7. Gusti Pangeran Hario Danupaya.
  8. Hingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwana II
  9. Gusti Pangeran Hario Hadinagoro.
10. Gusti Kanjeng Ratu Maduretno, garwa Pangeran Hindranata.
11. Gusti Raden Ajeng Kacihing, dewasa sedho.
12. Gusti Pangeran Hario Hadiwijaya, sedho Kali Abu.
13. Gusti Raden Mas Subronto, wafat dalam usia dewasa.
14. Gusti Pangeran Hario Buminoto.
15. Gusti Pangeran Hario Mangkubumi, Paduka Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengkubuwana I.
16. Sultan Dandunmatengsari, melakukan pemberontakan dan tidak berhasil.
17. Gusti Raden Ayu Megatsari.
18. Gusti Raden Ayu Purubaya.
19. Gusti Raden Ayu Pakuningrat. di Sampang
20. Gusti pangeran Hario Cokronegoro.
21. Gusti Pangeran Hario Silarong.
22. Gusti Pangeran Hario Prangwadono.
23. Gusti Raden Ayu Suryawinata. di Demak.
24. Gusti Pangeran Hario Panular.
25. Gusti Pangeran Hario Mangkukusumo.
26. Gusti Raden Mas Jaka, wafat usia muda
27. Gusti Raden Ayu Sujonopuro.
28. Gusti Pangeran Hario Dipawinoto.
29. Gusti Raden Ayu Adipati Danureja I.

Urutan putera pertama (1) Kanjeng Pangeran Hario Mangkunegoro Kartasura, menurukan putra :
Raden Mas Sahit, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario (K.G.P.A.A.) Mangkunegara I Surakarta.

Urutan putera kedelapan (8), Paduka Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buawan II.
Urutan putera keduabelas(12) Gusti Pangeran Hario Hadiwijaya, wafat Kali Abu, menurunkan putra : Pangeran Kusumodiningrat, menurunkan putra :

Pangeran Hadiwijaya, mantudalem Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario (K.G.P.A.A.) Mangkunegoro II, angsal B.R.AJ. Sakeli, peputra :

Pangeran Hadiwajaya, menikah dengan Gusti Kanjeng Ratu Bendara. Adalah putra dari Paduka Sinuhun Paku Buwana VIII.
Gusti Kanjeng Ratu Paku Buwana IX, peputra : Hingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan P.B. X.

Urutan putera kelimabelas (15) Gusti Pangeran Hario Mangkubumi,  Paduka Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengkubuwana No.1, di Yogyakarta.


ASALSILAHIPUN HINGKANG SINUHUN KANJENG SUSUHUNAN
PAKU BUWANA II, HING KARTASURA

Garis Pancer dari Trah/Keturunan Ibu.

Dinobatkan menjadi Raja pada tahun 1727. Wafat pada tahun 1749.
Pindah dan mendiami Keraton Surakarta, hari Rebo Paing,  Februari Th. 1745
Menikah dengan Gusti Kanjeng Ratu Mas.

a. Kalifah Husen, putranipun Syeh Madi, kamantu Hario Baribin hing Madura, peputra :
b. Sunan Nguduipg Wall Prajurit agul-agul nlgari Dernak,peputra: c. Panembahan Kali hing Poncowati Demak, asma Panembahan Kudus,. peputra : ...
d. Pangeran Demang, peputra :
e. Pangeran Rajungan, peputra :
f. Pangeran Kudus, peputra : ^
g. Adipati Sumodipuro hing Pati, peputra :
h. Raden Adipati Tirtokusumo, peputra :
i. Gusti Kanjeng Ratu Kencana, Prameswaridalem Hingkang Sinuhun Hamangkurat Jawa hing Kartasura, peputra :
j. Hingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan P.B.II.

Putra putri dalem :
  1. Gusti Kanjeng Ratu Timur, garwanipun Pangeran Pakuningrat.,
  2. Gusti Pangeran Hario Priyombodo, dewasa sedho.
  3. Hingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan P.B. III.
  4. Gusti Raden Ayu Puspokusumo.
  5. Gusti Raden Ayu Puspodiningrat.
  6. Gusti Raden Ayu Kaliwungu.
  7. Gusti Raden Ayu Mangkupraja hing Demak.
  8. Gusti Raden Ayu Pringgodiningrat.
  9. Gusti Pangeran Hario Puruboyo.
10. Gusti Pangern Hario Balitar.
11. Gusti Pangern Hario Danupaya.
12. Gusti Raden Ayu Jungut.

(bhs jawa)
Pada waktu Pemerintahan Paduka Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwana II, terjadi pembrontakan Cina, yang dipimpin Sunan Kuning (Raden Mas Garandi) adalah putradalem Hingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Hamangkurat Mas, dari isteri selir/garwa ampil keturunan Cina.

Paduka Sinuhun Kanjeng Susuhunan P.B.II, melarikan diri mengungsi sampi di Ponorogo. Dan stelah Sunan Kuning dapat taklukan, Paduka Sinuhun kemudian memerintahakan meneliti keadaan Kraton, karena bangunan banguna di Kartosura kondisinya sudah hancur.

Banyak tempat / Bangunan yang diberi tiang penyanggah, dengan maksud agar bangunan tersebut (pagar, tembok rumah, pendapa tidak mengalami keruntuhan. Kemudian mememrintahkan punggawa Karaton Kartosuro yaitu Ki Tumenggung Harung Binang I memeriksa keadaan Kraton.

Dalam riwayat pemilihan lokasi Karatob baru adalah di Dusun Sala, sebelah timur Kartasura untuk dilaksanakan Pembangunan baru Kedaton/Karaton. Setelah jadi bangunan Kararton Sala, Paduka Sinuhun melaksanakan boyongnan pindah dengan arak-arakan secara besar besaran, Paduka Sinuhun naik Kreta Kencana Kiyai Garuda.

Rebo Paing Februari tahun 1745. Ki Tumenggung Harung Binang I, diwisuda menjadi Bupati Kebumen, nama gelar Adipati Honggowongso. Pindah ke Surakarta tahun 1745.

Putradalem Paduka Sinuhun Kanjeng Susuhunan Hamangkurat Jawa, Gusti Pangeran Mangkubumi nama saat usia muda Bandoro Raden Mas Sujono. Putra dari isteri selir / garwa ampeyan bernama Mas Ayu Tejawati. Setelah Raka(kakak) Paduka Sinuhun Kanjeng Susuhunan P.B.II wafat, terjadi pemberontakan (mbalelo) Gusti Pangeran Mangkubumi.

Dalam kisah terjadi hukuman pemenggalan kepala terhadap Pahlawan Surakarta adalah Ki Ngabehi Djoyokartiko Delu Penewu Keparak Gedong Tengen.

PERJANJIAN GIYANTI WONTEN TAHUN 1735.

Dalam pemerintahan Paduka Nata hing Surakarta Hingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwana III.
Kanjeng Pangeran Mangkubumi dinobatkan di Karaton Yogyakarta, dengan nama gelar Paduka Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengkubuwana I,  Ngayogyakarta Hadiningrat.




SULTAN SUROSOWAN I PUTERA SULUNG KI SUNAN GUNUNG JATI SYARIF HIDAYATULOH

Berdasarkan buku Sejarah Cirebon, tulisan PS Sulendraningrat, di temukan data berdasarkan tahun kelahirannya, putera sulungnya Ki Sunan Gunung Jati/ Syarif Hidayatullah ialah Pangeran Sebakingkin atau kemudian bergelar Sultan Surosowan I, Maulana Hasanuddin yang lahit pada tahun 1479 masehi.

Berikut kesimpulan urutan keterangan mengenai keturunan-keturunan Pangeran Cakrabuwana dan Sunan Gunung Jati/ Syekh Syarif Hidayatuloh dari buku sejarah Cirebon, tulisan PS Sulendraningrat : Prabhu Siliwangi menikah dengan Ratu Mas Subang Larang yang lahir pada tahun 1404 m., pada tahun 1422 m., dan wafat pada 1441 m., menurunkan tiga orang : Yang pertama Pangeran Walangsungsang pada tahun 1423 m., dan yang setelah berguru kepada Syekh Nuruljati di beri nama pula Pangeran Cakrabuana, sesudah membabat dan pembangun dukuh caruba pada I Sura 1302 J / 1389 m., ( Kodya Cirebon 1 Sura 1358 J / 1445 M bernama pula Sri Mangana.

Yang kedua Ratu Mas Rara Santang pada tahun 1427 m., yang dapat jodoh dengan Sultan Abdullah, Sultan Mamluk dari Mesir pada tahun 1448 m., pada waktu menunaikan ibadah haji yang di perintah oleh Rama Guru Syekh Nuruljati yang pada tahun 1448 m., melahirkan Syarif Hidayatulloh di Mekah dan pada tahun 1450 m., adiknya bernama Syarif Nurullah. Yang ketiga Pangeran Raja Sengara Kian Santang pada tahun 1429 m., setelah menunaikan ibadah Haji bernama pula Haji Mansur. Pangeran Sengara Kian Santang kemudian menjadi Raja di Garut, Jawa barat. Pangeran Cakrabuana setelah di tinggal mati ibundanya pada tahun 1441 m., keluar istana Pajajaran pada umur X 17 tahun ( 1442 m ) agama sang Hiang yang bernama Nyai Indhang Geulis ( Ayu ). Tidak lama kemudian adiknya Nyai Lara Santang ( Ratu Mas Rara Santang ) menyusul. Pernikahan dengan Nyai Indhang Geulis menurunkan seorang puteri yang bernama Ratu Mas Pakungwati pada tahun 1446 m. Setelah menunaikan ibadah haji pula Pangeran Cakrabuana telah menjadi Wali dari pernikahan Ratu Mas Rara Santang dengan Sultan Abdulloh dari Mesir. Sepulangnya dari ibadah haji dari tanah suci Mekah, Pangeran Cakrabuana singgah di Campa / Kamboja berguru sarengat Rosul pada Syekh Jati Suara, menikah dengan seorang puterinya Guru Besar itu pada tahun 1449 m., yang bernama Nyai Rasa Jati, dan dari puteri ini setelah kembali ke Jawa mendapatkan 7 orang anak, yang masing-masing di beri nama : 1. Nhay Lara Konda. 2. Nhay Lara Sejati. 3. Nhay Jatimerta. 4. Nhay Jamaras. 5. Nhay Mertasinga. 6. Nhay Cempa. 7. Nhay Rasa Melasih. Selanjutnya Haji Abdulloh Iman /

Pangeran Cakrabuana menikah lagi dengan Nyai Retna Riris, seorang puteri dari Ki Gedheng Alang-alang, Kuwu pertama dukuh Caruban ( Cirebon ) yang setelah menikah dengan Pangeran Cakrabuana ( haji Abdullah Iman ) di ganti namanya dengan Kencana Larang. Pernikahan ini menurunkan seorang putera bernama Pangeran Caruban / Carbon yang menetap di rumah kakeknya di Caruban Girang, kuwu Caruban Girang. Pada tahun 1677 m., atas persetujuan Sultan Banten, kasultanan Cirebon di bagi 2 menjadi Keraton Kasepuhan ( Keraton Pakungwati yang di bangun 1479 m), dan keraton kannoman ( di bangun 1675 m ).

Peristiwa ini menandakan Sultan Surosowan juga punya pengaruh kekuasaan yang besar pada kedaerahan kekerabatannya di kasultanan Cirebon, berhubungan urusan kemaslahatan. Syarif Hidayatulloh setelah berumur X 20 tahun ( 1468 m., ) berguru ilmu agama Islam kepada beberapa Syekh di daratan Timur Tengah, setelah selesai berguru menuju ke Jawa ( Indonesia ) pada tahun 1470 m. Setelah beberapa lama berada di Jawa, beliau menikah dengan Nyai Babadan pada tahun 1471 m., seorang puteri Ki Gedhe Babadan. Tidak lama kemudian Nyai Babadan wafat tanpa putera pada tahun 1477 m. Isteri kedua beliau Nyai Lara Bagdad, yang di sebut pula Syarifah Bagdad, seorang adik dari Maulana Abdurrokhman Bagdad. Isteri ketiga Ki Syarif Hidayatulloh adalah Nyai Kawunganten seorang adik Bupati Banten bawahan kerajaan Pajajaran Pakuan. Pada tahun 1475 m menurunkan 2 orang putera-puteri. Yang pertama Ratu Winahon pada tahun 1477 m., dan yang kedua Pangeran Sebakingkin pada tahun 1479 m., yang pada tahun 1526 m., menjadi Bupati Banten di negara Banten sebagai wakil ayahandanya ialah Sunan Gunung Jati bergelar Pangeran Hasanuddin yang pada tahun 1568 m., setelah wafatnya Syarif Hidayatulloh menjadi Sultan Hasanuddin Sultan Banten/ Surosowan pertama yang berdaulat penuh
.

Tahun kelahiran Pangeran Sebakingkin / Maulana Hasanuddin menandakannya sebagai putera tertuanya Ki Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatuloh / Syekh Nuruddin.

Baru pada tahun 1484 m., dari rahim Nyai Lara Bagdad / Syarifah Bagdad lahir 2 orang putera : Yang pertama Pangeran Jayakelana pada tahun 1486 m. Yang kedua Pangeran Bratakelana pada tahun 1489 m., alias Pangeran Gung Anom. Pada tahun 1478 m., Ki Sunan Gunung Jati menikah dengan Nyai Pakungwati, seorang puteri Rama Uwanya ialah Pangeran Cakrabuana sebagai permaisuri, bersemayam di Keraton Pakungwati ( dalam bahasa Cirebon padmi, yang kemudian mengangkat dua orang puteranya Nyai Lara Bagdad dan Pangeran Adipati Muhammad Arifin/ Pangeran Pasarean sebagai anaknya sendiri. Pangeran Arifin ini kemudian di angkat menjadi Sultan Cirebon pengganti  Sunan Gunung Jati