Pada suatu hari saat Sunan Kalijaga (Syarif Abdurrahman) tengah
duduk bertapa di tepi sungai, tiba-tiba muncul seorang wanita berwajah
cantik. Wanita itu kerpakaian kemben dan tiara di rambutnya bak putri
keraton dengan kain berwarna hijau mengkilap bagai sutera.
Sunan
Kali Jaga meyakini bahwa kemunculan putri tersebut merupakan makhluk
halus yang sedianya akan mengganggu pertapaan yang sedang ia lakukan.
Dengan
gaya yang menggoda putri tersebut yang ternyata bernama Dewi Rara Panas
(putri kedua Dewi Naga Selatan) bermaksud untuk menggagalkan pertapaan
Sunan Kali Jaga dengan cara mengoda nafsu birahinya.
Oleh
karena merasa tergoda maka Sunan Kali Jaga menutupi auratnya karena
kainnya tersibak oleh hembusan angin, kemudian keluarlah dari
larangannya perwujudan sebuah keris Kala Munyeng.
Dewi
Rara Panas sontak mundur setapak dari Sunan Kali Jaga dan ia berkata, ”
Mohon Nyai jangan mengganggu tapa semedi Saya dan menyingkirlah dari
sini”.
Kemudian Dewi Rara Panas pun berkata,”Kang Mas tidak perlu
kuatir karena saya diutus oleh Bunda Ratu Kidul untuk menguji seseorang
yang tengah bersemedi di daerah ini”.
Tempat pertemuan tersebut yang sekarang dinamai daerah Demak.
Tujuan
Dewi Naga Selatan mengutus putri keduanya itu adalah membuktikan
ucapan Sunan Gunung Jati yang menundukkannya dalam pertarungan gaib
sebelum para Wali Songo mendapat ijin sang Dewi Naga Selatan
untuk menyebarkan Agama Islam di Pulau Jawa.
Sunan
Gunung Jati mengatakan bahwa suatu saat jika ada seorang putri dari
Dewi Naga Selatan yang berhasil menggoda tapa semedi salah satu anggota
wali songo, maka akan terjadi peristiwa berulangnya perjanjian gaib
antara Sunan Gunung Jati dan Kanjeng Ratu Kidul mewujud menjadi lelakon
yang menentukan di tanah jawa di masa depan.
Kembali kepada kisah pertemuan antara Sunan Kali Jaga dan Dewi Rara Panas.
Setelah
Sunan Kali Jaga meminta Dewi Rara Panas untuk tidak menggodanya, maka
Nyai Rara Panas berkata,”Kang Mas memintaku menyingkir dengan syarat
keris itu harus diserahkan padaku”.
Kemudian dengan sekelebatan
tangan Dewi Rara Panas mengayun jemari lentiknya dalam sekejap
menangkap Keris Kalamunyeng dari Sunan Kali Jaga.
Lalu ia berkata
kembali, ”Setelah mendapat keris ini saya akan pamit mundur dari
hadapan Kang Mas”. Sunan Kali Jaga cukup terkejut dengan kesaktian
putri Dewi Naga Selatan
Setelah menyematkan keris ke dalam
lipatan selendang di pinggangnya lalu Dewi Rara Panas ia memberi salam
hormat dengan menunduk dan sekelebatan tangan kanannya memutar
selendang hijaunya ia terpental bagai kitiran angin menuju keatas dan
menghilang seketika.
Setelah tapa semedi Sunan Kali Jaga
diselesaikan, ia berangkat menuju Jawa Barat tepatnya di Pantai Utara
daerah Cirebon untuk menemui Sunan Gunung Jati.
Pertemuannya
dengan Dewi Rara Panas dan kejadian aneh yang dialaminya dalam proses
Tapa Semedinya di daerah Demak disampaikan kepada Sunan Gunung Jati.
Dalam
percakapan itu Sunan Kali Jaga menjelaskan bahwa keris yang mewujud
keluar dari larangannya berupa keris Kala Munyeng telah dititipkan
kepada Dewi Rara Panas. Mendengan penjelasan tersebut barulah Sunan
Gunung Jati berkata, ” Suatu saat ada keturunanku dari Pangeran Manggara
Jati yang akan mendampingi keturunan Dewi Rara Panas.
Keesokkan harinya Sunan Gunung Jati menemui Dewi Naga Selatan di Gunung Selok daerah Pantai Selatan di Cilacap Jawa Tengah.
Dalam
pertemuan itu Sunan Gunung Jati berkata, ”Dewi Naga Selatan kelak akan
ada keturunanku yang akan mampu mendampingi turunanmu yang akan
mewujud ke alam manusia dan akan berjodoh pula dengannya”.
Dewi
Naga Selatan kemudian bertanya dengan penuh perhatian, ”kalau begitu
jika suatu saat ada seorang cucuku yang akan aku turunkan mewujud
menjadi manusia sejati maukah diantara golongan wali ini yang akan
menjaganya Kanjeng Sunan?”.
Sunan Gunung Jati menjawab
tegas,” Baiklah Nyai Ratu suatu saat nanti putrimu Dewi Rara Panas akan
menurunkan seorang putri ke dunia manusia itu akan mempunyai kekuatan
ilmu dari Keraton Kidul berkat penyatuan di dalam badannya Keris Kala
Munyeng ini dan dia akan mendapat penjagaan dari keturunanku sendiri
yang terpilih dan di suatu saat yang tepat”.
Itulah takdir yang
akan menjadi kenyataan dengan dibuktikan oleh peristiwa gaib antara
Sunan Kali Jaga dengan Dewi Rara Panas di daerah Demak.
Takdir
itu akan muncul beratus –ratus tahun kemudian setelah lelakon antara
kami wali Songo dan golonganmu Keraton Kidul ini berakhir. Dalam
pertemuan gaib itu Sunan Gunung Jati dan Dewi Naga Selatan sepakat bahwa
keturunan mereka akan berjodoh dan menjadi suami istri.
Sebelum
Dewi Naga Selatan menghilang dalam kabut putih yang akan
menyelubunginya dalam kekuatan alam spiritual yang tidak bisa ditembus
oleh manusia biasa itu berkata,”Mudah-mudahan kesepakatan ini akan
menjadi kenyataan, bukan begitu Kanjeng Sunan?”.
Dengan tersenyum Sunan Gunung Jati mengangguk menyatakan setuju.
Tiba-tiba gemuruh angin menbahana tanda akan kedatangan kerabat Keraton menjemput beliau.
Dewi
Naga Selatan didampingi ketiga Putrinya yakni Dewi Rara Blorong, Dewi
Rara Panas dan Dewi Rara Ningrum beserta panglima, patih, para
pandito, para dayang-dayang, para bibi emban, serta pasukan keraton
memberi salam penghormatan terakhir kepada Sunan Gunung Jati.
Hanya
dengan satu siulan saja kabut putih menghilangkan penampakkan Dewi Naga
Selatan beserta punggawanya dan disusul bergulungnya ombak laut dan
buih putih memecah pantai.
Demikianlah
dengan adanya perjanjian gaib tersebut suatu masa nanti akan muncul ke
alam manusia putrinya Dewi Rara Panas yang telah digariskan berjodoh
dengan salah satu turunan Sunan Gunung Jati Salah satu wali songo yang
legendaris.
Demikianlah penuturan turun temurun dalam babad tanah jawi mengenai awal lelakon mulia di tanah Jawa.