Berdasarkan buku Sejarah Cirebon, tulisan PS Sulendraningrat, di temukan
data berdasarkan tahun kelahirannya, putera sulungnya Ki Sunan Gunung
Jati/ Syarif Hidayatullah ialah Pangeran Sebakingkin atau kemudian
bergelar Sultan Surosowan I, Maulana Hasanuddin yang lahit pada tahun
1479 masehi.
Berikut kesimpulan urutan keterangan mengenai keturunan-keturunan
Pangeran Cakrabuwana dan Sunan Gunung Jati/ Syekh Syarif Hidayatuloh
dari buku sejarah Cirebon, tulisan PS Sulendraningrat :
Prabhu Siliwangi menikah dengan Ratu Mas Subang Larang yang lahir pada
tahun 1404 m., pada tahun 1422 m., dan wafat pada 1441 m., menurunkan
tiga orang :
Yang pertama Pangeran Walangsungsang pada tahun 1423 m., dan yang
setelah berguru kepada Syekh Nuruljati di beri nama pula Pangeran
Cakrabuana, sesudah membabat dan pembangun dukuh caruba pada I Sura 1302
J / 1389 m., ( Kodya Cirebon 1 Sura 1358 J / 1445 M bernama pula Sri
Mangana.
Yang kedua Ratu Mas Rara Santang pada tahun 1427 m., yang dapat jodoh
dengan Sultan Abdullah, Sultan Mamluk dari Mesir pada tahun 1448 m.,
pada waktu menunaikan ibadah haji yang di perintah oleh Rama Guru Syekh
Nuruljati yang pada tahun 1448 m., melahirkan Syarif Hidayatulloh di
Mekah dan pada tahun 1450 m., adiknya bernama Syarif Nurullah.
Yang ketiga Pangeran Raja Sengara Kian Santang pada tahun 1429 m.,
setelah menunaikan ibadah Haji bernama pula Haji Mansur. Pangeran
Sengara Kian Santang kemudian menjadi Raja di Garut, Jawa barat.
Pangeran Cakrabuana setelah di tinggal mati ibundanya pada tahun 1441
m., keluar istana Pajajaran pada umur X 17 tahun ( 1442 m ) agama sang
Hiang yang bernama Nyai Indhang Geulis ( Ayu ). Tidak lama kemudian
adiknya Nyai Lara Santang ( Ratu Mas Rara Santang ) menyusul.
Pernikahan dengan Nyai Indhang Geulis menurunkan seorang puteri yang
bernama Ratu Mas Pakungwati pada tahun 1446 m.
Setelah menunaikan ibadah haji pula Pangeran Cakrabuana telah menjadi
Wali dari pernikahan Ratu Mas Rara Santang dengan Sultan Abdulloh dari
Mesir.
Sepulangnya dari ibadah haji dari tanah suci Mekah, Pangeran Cakrabuana
singgah di Campa / Kamboja berguru sarengat Rosul pada Syekh Jati Suara,
menikah dengan seorang puterinya Guru Besar itu pada tahun 1449 m.,
yang bernama Nyai Rasa Jati, dan dari puteri ini setelah kembali ke Jawa
mendapatkan 7 orang anak, yang masing-masing di beri nama :
1. Nhay Lara Konda.
2. Nhay Lara Sejati.
3. Nhay Jatimerta.
4. Nhay Jamaras.
5. Nhay Mertasinga.
6. Nhay Cempa.
7. Nhay Rasa Melasih.
Selanjutnya Haji Abdulloh Iman /
Pangeran Cakrabuana menikah lagi dengan
Nyai Retna Riris, seorang puteri dari Ki Gedheng Alang-alang, Kuwu
pertama dukuh Caruban
( Cirebon ) yang setelah menikah dengan Pangeran Cakrabuana ( haji
Abdullah Iman ) di ganti namanya dengan Kencana Larang. Pernikahan ini
menurunkan seorang putera bernama Pangeran Caruban / Carbon yang menetap
di rumah kakeknya di Caruban Girang, kuwu Caruban Girang.
Pada tahun 1677 m., atas persetujuan Sultan Banten, kasultanan Cirebon
di bagi 2 menjadi Keraton Kasepuhan ( Keraton Pakungwati yang di bangun
1479 m), dan keraton kannoman ( di bangun 1675 m ).
Peristiwa ini
menandakan Sultan Surosowan juga punya pengaruh kekuasaan yang besar
pada kedaerahan kekerabatannya di kasultanan Cirebon, berhubungan urusan
kemaslahatan.
Syarif Hidayatulloh setelah berumur X 20 tahun ( 1468 m., ) berguru ilmu
agama Islam kepada beberapa Syekh di daratan Timur Tengah, setelah
selesai berguru menuju ke Jawa ( Indonesia ) pada tahun 1470 m.
Setelah beberapa lama berada di Jawa, beliau menikah dengan Nyai Babadan
pada tahun 1471 m., seorang puteri Ki Gedhe Babadan. Tidak lama
kemudian Nyai Babadan wafat tanpa putera pada tahun 1477 m.
Isteri kedua beliau Nyai Lara Bagdad, yang di sebut pula Syarifah
Bagdad, seorang adik dari Maulana Abdurrokhman Bagdad.
Isteri ketiga Ki Syarif Hidayatulloh adalah Nyai Kawunganten seorang
adik Bupati Banten bawahan kerajaan Pajajaran Pakuan. Pada tahun 1475 m
menurunkan 2 orang putera-puteri.
Yang pertama Ratu Winahon pada tahun 1477 m., dan yang kedua Pangeran
Sebakingkin pada tahun 1479 m., yang pada tahun 1526 m., menjadi
Bupati Banten di negara Banten sebagai wakil ayahandanya ialah Sunan
Gunung Jati bergelar Pangeran Hasanuddin yang pada tahun 1568 m.,
setelah wafatnya Syarif Hidayatulloh menjadi Sultan Hasanuddin Sultan
Banten/ Surosowan pertama yang berdaulat penuh
.
Tahun kelahiran Pangeran Sebakingkin / Maulana Hasanuddin menandakannya
sebagai putera tertuanya Ki Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatuloh / Syekh
Nuruddin.
Baru pada tahun 1484 m., dari rahim Nyai Lara Bagdad / Syarifah Bagdad lahir 2 orang putera :
Yang pertama Pangeran Jayakelana pada tahun 1486 m.
Yang kedua Pangeran Bratakelana pada tahun 1489 m., alias Pangeran Gung Anom.
Pada tahun 1478 m., Ki Sunan Gunung Jati menikah dengan Nyai Pakungwati,
seorang puteri Rama Uwanya ialah Pangeran Cakrabuana sebagai
permaisuri, bersemayam di Keraton Pakungwati ( dalam bahasa Cirebon padmi,
yang kemudian mengangkat dua orang puteranya Nyai Lara Bagdad dan
Pangeran Adipati Muhammad Arifin/ Pangeran Pasarean sebagai anaknya
sendiri. Pangeran Arifin ini kemudian di angkat menjadi Sultan Cirebon
pengganti Sunan Gunung Jati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar