“…
Demi Allah, aku tidak pernah mendapat pengganti yang lebih baik
daripada khadijah. Ia yang beriman kepadaku ketika semua orang ingkar.
Ia yang mempercayaiku ketika semua orang mendustakanku. Ia yang
memberiku harta pada saat semua orang enggan memberi. Dan darinya, aku
memperoleh keturunan, sesuatu yang tidak kuperoleh dari istri-istriku
yang lain.” (Hadis Riwayat Ahmad)
Segala
puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada
Rasulullah Muhammad, penutup sekalian rasul, pribadi yang tentangnya
Allah berfirman,
“Wahai
Nabi! Sesungguhnya kami mengutusmu untuk menjadi saksi, pembawa kabar
gembira dan pemberi peringatan, dan untuk menjadi penyeru kepada (agama)
Allah dengan izin-Nya dan sebagai cahaya yang menerangi. Dan
sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang mukmin bahwa sesungguhnya
bagi mereka karunia yang besar dari Allah.” (al-Ahzab (33) : 45-47)
Siapa
yang tak kenal Khadijah? Ya, dialah Khadijah binti Khuwailid ibnu Asad
ibnu Abdil Uzza ibnu Qushay. Istri pertama Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam yang menerima salam dari Allah dan Jibril.
Kisah Khadijah, Ummul Mu’minin,
selalu meninggalkan kesan yang mendalam. Betapa tidak? Ia adalah istri
Rasulullah yang menjadi rekan pada saat-saat paling sulit dalam hidup
beliau, istri yang selalu menawarkan cinta dan kasih sayang dalam
kondisi apapun.
Saya, seorang perempuan akhir zaman, merasa perlu untuk membuat sebuah tulisan yang menggambarkan keistimewaan-keistimewaan Khadijah, yang semoga dapat menjadi teladan bagi kita-kaum perempuan-yang hidup di tengah maraknya eksploitasi perempuan. Keinginan ini muncul setelah membaca sebuah buku berjudul “Khadijah, The True Love Story of Muhammad”. Semoga Allah memberikan balasan yang lebih baik kepada orang yang dengan tulus menghadiahkan buku tersebut kepada saya, 03 Juli 2011 silam.
Hal
pertama yang perlu kita tegaskan di sini, bahwa Khadijah mendapat
pemeliharaan dan bimbingan langsung dari Allah di sepanjang hidupnya.
Allah yang menjaganya dari segala cela, sehingga penduduk Mekah
menjulukinya dengan “Thahirah (wanita suci)”.
Jika
ada wanita yang langsung menerima salam dari Allah, maka Khadijahlah
orangnya. Suatu hari, malaikat Jibril mendatangi Rasulullah dan berkata ,
“Wahai Muhammad, sebentar lagi Khadijah akan membawakan makanan dan
minuman untukmu. Kalau ia datang, sampaikan kepadanya salam dari Allah
dan dariku.”
Cara
Khadijah menjawab salam itu pun menunjukkan keluasan pandangan dan
kedalaman perasaannya. Jawabannya mengandung pengagungan terhadap Allah,
doa agar Allah menganugerahkan kepadanya kedamaian dan keselematan
serta salam untuk Jibril yang telah menyampaikan kepadanya salam dari
Allah. Khadijah berkata, “Allahlah pemelihara kedamaian dan sumber
segala damai. Salamku untuk Jibril.”
Khadijah
merupakan istri dan sahabat ideal yang selalu setia mendampingi serta
menghibur Rasulullah dalam setiap kesulitan. Karena itulah Allah
berkenan memberinya kabar gembira tentang sebuah rumah terbuat dari
permata yang dibangun untuknya di surga. Rasulullah bersabda, “Aku
diperintahkan untuk memberikan kabar gembira kepada khadijah bahwa akan
dibangun untuknya di surga sebuah rumah dari permata; tak ada hiruk
pikuk dan rasa lelah di sana.”
Aisyah
pernah merasa sangat cemburu. Ia bercerita, “Aku tidak pernah merasa
cemburu kepada seorang wanita sebesar rasa cemburuku pada kepada
Khadijah. Aku tidak pernah melihatnya. Tetapi Rasulullah selalu menyebut
dan mengingatnya. Ketika menyembelih seekor kambing, beliau selalu
memotong sebagian dagingnya dan menghadiahkannya kepada sahabat-sahabat
Khadijah.”
Dalam
sebuah riwayat lain, Aisyah juga mengisahkan, “Rasulullah hampir tidak
pernah keluar rumah tanpa menyebut dan memuji Khadijah. Hal itu
membuatku cemburu. Kukatakan, ‘Bukankah ia hanya seorang wanita tua
renta dan engkau telah diberi pengganti yang lebih baik daripadanya?’
Mendengar itu, beliau murka hingga bergetar bagian depan rambutnya.
Beliau katakana, ‘Tidak. Demi Allah, aku tidak pernah mendapat
pengganti yang lebih baik daripada khadijah. Ia yang beriman kepadaku
ketika semua orang ingkar. Ia yang mempercayaiku ketika semua orang
mendustakanku. Ia yang memberiku harta pada saat semua orang enggan
memberi. Dan darinya, aku memperoleh keturunan, sesuatu yang tidak
kuperoleh dari istri-istriku yang lain.’ Maka aku berjanji dalam hati untuk tidak mengatakan sesuatu yang buruk tentangnya lagi.
Rasulullah
sendiri sangat menghormati Khadijah. Jasanya bagi penyebaran Islam
sungguh tidak terkira. Di depan para sahabatnya, Rasulullah sering
menyebut khadijah sebagai wanita yang paling utama di muka bumi. Ali
Ibnu Abi Thalib pernah mendengar Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik wanita dunia adala Maryam binti Imran. Sebaik-baik wanita dunia adalah Khadijah.”
Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Anas, Rasulullah bersabda, “Wanita-wanita
terbaik sepanjang sejarah adalah Maryam binti Imran, Khadijah binti
Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, dan Asiyah, istri Fir’aun.”
Salah
satu contoh gamblang yang menunjukkan betapa berarti Khadijah di hati
Rasulullah adalah sebuah peristiwa yang terjadi di tahun 8 Hijriah, 11
tahun setelah wafatnya Khadijah. Pada hari pembebasan Mekah (fath Makkah),
Rasulullah menunjuk Zubair ibnu Awwam untuk memimpin sekelompok pasukan
Muhajirin dan anshar. Beliau menyerahkan panji pasukan dan
memerintahkan Zubair untuk menancapkannya di Hujun, sebuah dataran
tinggi di Mekah. Beliau berpesan, “jangan tinggalkan tempat engkau tancapkan panji itu hingga aku mendatangimu.”
Sesampainya
di Hujun, Abbas ibnu Abdil Muththalib berkata kepada Zubair, “Wahai
Zubair, di sinilah Rasulullah memerintahkanmu untuk memancangkan panji
pasukan.”
Di
Hujun itulah terletak makam Khadijah. Dan tempat itu yang dipilih
sebagai pusat komando dan pengawasan pasukan Islam pada perang
pembebasan Mekah. Dari sana pula beliau memasuki Kota Mekah, pada hari
ketika kaum muslimin berhasil mengalahkan kaum kafir Quraisy, ketika
orang-orang memeluk Islam secara berbondong-bondong, ketika agama tauhid
menghancurkan kemusyrikan. Pada hari yang bersejarah itu, Ka’bah dan
Masjidil Haram dibersihkan darri berhala-berhala. Saat itu pula
Rasulullah membacakan ayat,
“Dan katakanlah, ‘Kebenaran telah datang dan yang batil telah lenyap.’ Sungguh, yang batil itu pasti lenyap.” (al-Isra’ (17) : 81)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar