- A. Sejarah Pengguron
bernama Syekh Quro Karawang. Dan Misi Agama Islam di Cirebon oleh Syekh Dzatuk Khafi ( Syekh Nurjati ) bertempat di Gunung Jati . Mereka datang dari tanah Mekkah al mukaromah dan Badgdad bertujuan untuk Berdagang sekaligus menyebarkan Agama Islam yang sebelumnya di tanah jawa dimayoritaskan beragama Hindu dan budha. Adapun di tanah Jawa bagian tengah dan Timur visi dan misi Penyebaran Agama Islam di bawa oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim dan Sunan Ampel.
Pengguron atau disebut juga sebagai Perguruan Agama Islam ini dalam berjalannya waktu berkembang menjadi Pengguron Thareqat dan Pesantren. Dan Pesantren berkembang menjadi madrasah atau universitas islam.
Pengguron-Pengguron Cirebon telah Bershistoriscet/mempunyai Hak sejarah sekitar 600 tahun. Sekitar tahun 1420M datanglah serombongan pedagang dari Baghdad yang dipimpin Syekh Nurjati. Oleh Ki Gedeng Tapa , Syekh Nurjati diijinkan menetap dan tinggal di kampung Pasambangan yang terletak di Gunung Jati. Dia berdakwah, dan ajaran Islam berkembang begitu cepat. Itulah awal mula Gunung Jati sebagai Pangguron Islam. Muridnya diantaranya adalah Raden Walangsungsang dan adiknya, Ratu Rarasantang, serta istrinya Nyi Endang Geulis. Keduanya adalah putra Raja Pajajaran, Raden Pamanarasa (Prabu Siliwangi) dengan Nyi Mas Subanglarang putri Ki Jumajan Jati, Syahbandar Pelabuhan Muara Jati. Karena pengaruhnya yang sangat besar bagi masyarakat sekitar, Syekh Idlofi juga disebut Syekh Dzatul Kahfi (“sesepuh yang mendiami gua”) atau Syekh Nur Jati (“sesepuh yang menyinari atau menyiarkan Gunung Jati”).
Setelah dianggap mumpuni, Raden Walangsungsang bersama adik dan istrinya diperintahkan oleh Syekh Nurjati agar membuka hutan untuk dijadikan pedukuhan yang lokasinya di selatan Gunung Jati Setelah selesai babat alas, pedukuhan itu disebut Tegal Alang-Alang. Raden Walangsungsang sebagai penerus pengguron islam diangkat sebagai Kepala Dukuh dengan gelar Ki Kuwu dan dijuluki Pangeran Cakrabuana dan Atas perintah Syekh Nurjati, Cakrabuana dan Rarasantang pergi ibadah haji, sementara istrinya yang lagi mengandung tetap di Caruban. Pedukuhan kemudian diserahkan ke Ki Pengalang-Alang (Ki danusela). Di Mekkah, keduanya bermukim beberapa bulan di rumah Syekh Bayanillah. Rarasantang kemudian disunting oleh seorang pembesar Kota Isma’iliyah Mesir bernama Sulton Syarif Abdillah bin Nurul Alim dari suku Bani Hasyim. Rarasantang kemudian berganti nama Syarifah Muda’im. Dari perkawinan ini lahirlah Syarif Hidayatullah dan Syarif Nurullah.
Pengguron di teruskan oleh Raden Walangsungsang di Pengguron pasambangan Gunung sembung dan yang pada saat itu juga menjabat sebagai Ki Kuwu cerbon dan di berikan gelar Haji Abdul imam Pangeran Cakrabuwana. Murid-murid beliau sangatlah banyak di dukung dengan status perekonomiannya sangatlah Pesat. Pedukuhan Caruban yang berkembang pesat kemudian diganti namanya menjadi Nagari Caruban Larang. Negeri ini diresmikan oleh Prabu Siliwangi -meskipun secara prinsip Raja Pajajaran ini kurang berkenan atas tindakan anaknya tersebut dan Pangeran Cakrabuana diberinya gelar “Sri Manggana“. Pangeran Cakrabuana lalu membangun Istana Pakungwati, sesuai nama puterinya yang lahir ketika dia masih di Mekkah. Untuk kunjungan tetapnya ke Syekh Nurjati, Pangeran Cakrabuana Ki Kuwu Cerbon membangun tempat peristirahatan yang disebut pertamanan Gunung Sembung. Lokasinya berada di sebelah barat Gunung Jati, jaraknya sekitar 200m. Pada akhirnya pertamanan ini menjadi pemakaman pendirinya berikut keturunannya. Pangeran Cakrabuana kemudian menikahkan Syarif Hidayatullah dengan putrinya, Nyi Ratu Pakungwati. Tahun 1479M, Cakrabuana yang sudah berusia lanjut digantikan oleh keponakan sekaligus menantunya yaitu Syaikh Syarif Hidayatullah dinobatkan menjadi Panetep Agama dan Kepala Negara, Syaikh Syarief Hidayatullah Bergelar Susuhunan Jati Cirebon menjadi kepala negara sekaligus menjadi penetap Panata Agama di Cirebon, dan bergelar:" Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Jati Purba Panetep Panata Agama Awliyai Allah Kutubid Khalifatur Rasulullah SAW, dan pada saat inilah Keraton/kesultanan cirebon mengalami Kemajuan yang sangat pesat dalam Pemerintahan yang berbasiz Agama Islam.dan seterusnya dilanjutkan oleh panembahan.
Pada era panembahan ratu Girilaya II Wafat Kesultanan Cirebon terpecah terbagi 2 yang di teruskan oleh ke dua putranya yaitu Sultan Syamsudin Kesepuhan dan Sultan Badrudin kanoman . Sultan badrudin Kanoman mempunyai Putra Sulung/Putra mahkota Pangeran Raja Adipati Kaprabon yang kalungguihanya adalah menjadi sultan untuk pengganti ayahandanya di keraton kanoman tetapi Pangeran Raja adipati kaprabon Tidak bersedia diangkat sebagai sultan di kanoman ,beliau lebih tertarik mendalami Agama Islam,Khususnya Thareqat Agama Islam.Beliau ingin Meneruskan wasiat Sunan Gunung Jati dalam penyebaran Agama Islam.
lalu beliau berinisiatif Mendirikan untuk Meneruskan Pengguron yang pada masa sebelumnya Pengguron Berada didalam Keraton dan dengan persetujuan Ayahandanya dan diberilah sebidang tanah di sebelah timur alun-alun keraton kanoman , Maka didirikanlah sebuah bangunan sebagai pusat Perguruan(pengguron) Thareqat Agama Islam . dan untuk seterusnya di sebut dengan kaprabonan( Mengambil nama dari Pangeran Raja Adipati kaprabon).Pengguron Agama Islam berkembang menjadi 2 yaitu Pengguron Thareqat (khusus) dan Pesantren(umum)
Pengguron Thareqat Agama islam Pegajahan Cirebon adalah Sebagai Penerus dari Pengguron Kaprabonan yang pada masa Kanjeng Pangeran Syekh Muhammad Nurullah Akbarudin(P.M. Arifudin Purbaingrat) Pengguron di pindah dan berdomisili di Pegajahan Cirebon pada tahun 1949M.dan Pengguron Thareqat Agama Islam Pegajahan Cirebon Sekarang di teruskan Oleh Putra dari Kanjeng Pangeran Syekh Muhammad Nurullah Akbarudin (P.M. Arifudin Purbaingrat ) yaitu Kanjeng Pangeran Syekh Haji Muhammad Nurullah Makmurudin( P.M Nurbuwat Purbaningrat ).
Pengguron tergolong dalam ahlus sunah waljamaah, beramaliah di atas landasan Al-Qur’ an dan sunah rasul serta dalam ruang lingkup rukun islam ada lima dan rukun iman ada enam , serta “Imtitsalut” awamir wa ijjtinabuna’awali/ mematuhi perintah dan larangan-larangan syareat rasul, menunju kepada kebahagian lahir-batin. Firman tuhan dalam Al-Qur’an adalah: robbana atina fiddunya khasanah kenikmatan wafil akhirati khasanah wakhina adzabannar yang artinya ya allah berilah kami kenikmatan hidup di dunia dan akhirat dan hindarkanlah kami dari siksa api neraka. Dan Seyogyanya Pula kita berpegangan Kepada Orang-Orang bijak Terdahulu yakni: Watamassak bil Qur’anil ‘aduim wa sunnah rosulillahi karim tahtandu wa tatsbudu’ala sirotillahil mustakim yang artinya Berpeganglah anda kepada Al-Qur’an yang agung dan Sunnah Rasulullah yang mulia Niscaya akan di tunjukan dan di kokohkanatas jalan yang lurus. Disamping itu ahli Pengguron Pegajahan Cirebon Khususnya Mengamalkan Thareqat Syatrariyah untuk menuju pembangunan manusia seutuhnya dalam derajat insanul kamil atau manusia sempurna.
Thareqat Menurut Rama Guru kanjeng Pangeran Syekh Haji Muhammad Nurullah Makmurudin yaitu Suatu Jalan untuk menuju hakekat hidup yang membawa manusia diharapkan menjadi lebih baik optimis dan dinamis dalam mengarungi kehidupan.
Thareqat syatariyah adalah Ilmu Ketauhidan, Thareqat Syatoriyah adalah sebuah nama thareqat sebagai balasanillahi kepada muslim dan muslimat yang membaca surat Al-Fatikhah sebanyak 17 kali sehari semalam. Dalam Shalat 5 waktu. Dalam surat Al-fatikhah terdapat ayat-ayat yang bunyinya demikian: ih dinas sirotol mustaqim, sirotol ladzina an’amta alaihim, ghiril maghdlubi’ alaihim waladholin. Yang berarti Tunjukanlah Kami pada jalan yang lurus jalan yang mereka tuhan beri nikmat atas mereka, bukan jalan mereka yang tuhan murkai dan yang sesat. Jalan yang lurus adalah bermakna lurus kepada mardhotillah/surga duniawi ukhrowo ialah yang tercapai oleh nabi, wali dan mukmin serta terhindar dari jalannya mereka yang di murkai sesat.
- B. Riwayat dan silsilah Thareqat Syatoriyah
Rasulullah Nabi Muhammad SAW saat menjawab pertanyaan Ali bin Abi thalib setelah selali Shalatnya:Ali bertanya: Ya nabi tunjukanlah daku thuruq yang sedekat-dekatnya dan semulia-mulianya kepada allah yang semudah-mudahnya di kerjakan oleh hamba.. Nabi menjawab: Ali hendaknya engkau selalu berdzikir dan ingat kepada allah, secara terang-terangan atau dalam hati. Kata Ali: Tiap orangt berdzikir, sedang aku menghendaki dari engkau khusus untukku. Nabi Menjawab: Sebaik-baik perkataan yang aku ucapkan dan yang telah di ucapkan oleh nabi-nabi sebelumku ialah kliamah la’ilahailallah’ tiada tuhan selain allah, jika di timbang dengan timbangan, pada sebelah imbangan di tumpukan tujuh petala langit dan tujuh petala bumi dan pada timbangan yang lain di letakkan kalimah la’ilahailallah, pasti timbangan yang memuat kaliamt tersebut itu lebih berat dari pada yang lain. Kemudiaan Rasulullah Nabi muhammad SAW membaiat Thareqat Syatoriyah kepada Syyauidina Ali Ra dan Siti Fatimah Ra. Sebagaimana thareqat pada umumnya , thareqat ini memiliki sanad atau silsilah para washitah yang bersambung kepada Rasulullah nabi Muhammad SAW,. Atas petunjuk Allah SWT, menujuk Ali bin abi thalib untuk mewakilinya dalam melanjutkan fungsinya sebagai Ahl Adz dzikr, tugas dan fungsi kerasullanya. Dan kemudian Ali menyerahkan risalahnya sebagai ahl Adz Dzikir kepada putranya, Husein bin Ali ,dan demikian seterusnya hingga sekarang. Thareqat inipun pada abad ke-14 dipopulerkan/dinisabkan oleh Abdullah As-syatar. Tarekat Syattariyah tidak menganggap dirinya sebagai cabang dari persatuan sufi mana pun. Tarekat ini dianggap sebagai suatu tarekat tersendiri yang memiliki karakteristik-karakteristik tersendiri dalam keyakinan dan praktik.Nisbah asy-Syattar yang berasal dari kata syatara, artinya membelah dua, dan nampaknya yang dibelah dalam hal ini adalah kalimah tauhid yang dihayati di dalam dzikir nafi itsbat, la ilaha (nafi) dan illallah (itsbah), juga nampaknya merupakan pengukuhan dari gurunya atas derajat spiritual yang dicapainya yang kemudian membuatnya berhak mendapat pelimpahan hak dan wewenang sebagai Washitah (Mursyid). Istilah Syattar sendiri, menurut Najmuddin Kubra, adalah tingkat pencapaian spiritual tertinggi, kemudian juga dipakai di dalam Tarekat Syattaryah ini. Syattar dalam tarekat ini adalah para sufi yang telah mampu meniadakan zat, sifat, dan af'al diri (wujud jiwa raga).
- Silsilah Thareqat Syyatariyah Pengguron Pegajahan :
- Silsilah Pangeran Syaikh Haji Muhammad Nurullah Makmurudin(P.M. Nurbuwat Purbaningrat ):
- Silsilah Rama Guru-Guru Pengguron Pegajahan Cirebon :
- B. Amalan dan Dzikir Thareqat Syyatariayah Agama Islam Pegajahan Cirebon:
Thareqat Syatariah mengajarkan tentang tata cara pelaksanaan dzikir,didalam Al-Quran terdapat ayat-ayat yang menjelaskan tentang tata cara pelaksanaan dzikir yang jumlahnya lebih banyak dari pada ayat-ayat yang menjelaskan tentang shalat,zakat dan sebaginya. Hal ini menunjukan bahwa pelaksanaan dzikir (secara luas) memiliki kedudukan yang cukup penting disbanding ibadah-ibadah yang lainnya. Dzikir dalam thareqat syattariyah dilakukan dengan jahar(Bersuara) dan sirri/khafi (dalam hati)pembacaan dzikir secara bersuara merupakan ibadah yang lazim dikerjkan da cukup diketahui daar-dasarnya oleh kebanyakan umat Islam, dan ini didasarkan pada firman Allah: ‘’ Berdzikirlah kau dengan hatimu secara merendahkan diri dan rasa takut, dzikir itu tidak diucapkan secara lisan (Q.S.Al A’Raf 205) dan didasarkan hadits nabi yang diriwayatkan oleh Baihaqi sebagai berikut: Dzikir yang tidak terdengar oleh malaikat itu lebih utama dari pada dzikir bersuara, dengan perbandingan satu banding tujuh puluh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar