Rabu, 05 Desember 2012
LEGIUN MANGKUNEGARAN
Cikal bakal dari Legiun Mangkunegaran ialah para anggota pasukan yang memberontak pada VOC, yang dipimpin oleh Pangeran Sambernyowo. Ketangguhan tempur pasukan ini mulai terkenal sejak mereka dibawah Pangeran Suryokusumo (nama lain dari Pangeran Sambernyowo), melakukan penyerangan pos-pos militer Belanda di daerah Salatiga, waktu pemberontakan orang Cina pada tahun 1744. Setelah Pangeran Sambernyowo atau RM. Said menjadi kepala Praja Mangkunegaran pada tahun 1757, pasukan tersebut merupakan bagian resmi dari Praja Mangkunegaran.
Pasukan pemberontak yang tadinya belum mempunyai aturan-aturan militer yang baku, mulai dibenahi dengan cara penerapan tradisi dan hirarki kemiliteran yang profesional. Re-organisasi total Prajurit Mangkunegaran dilakukan pada tahun 1808 pada masa pemerintahan MN.II. Dalam re-organisasi tersebut, untuk pertama kali diangkat Komandan Legiun, yaitu MN.II dengan pangkat Kolonel. Tradisi ini berlanjut sampai dengan MN.VII, yang merupakan Kolonel Komandan terakhir dari Legiun Mangkunegaran.
Nama pasukan yang tadinya "Prajurit Mangkunegaran", diubah menjadi "Legiun Mangkunegaran". Hal ini mencerminkan sikap yang modern dari penguasa Praja Mangkunegaran waktu itu, yang ingin mempunyai tentara seperti yang dimiliki Perancis di jaman Napoleon.
Jumlah personil Mangkunegaran tergantung kebutuhan pada pemerintahan saat itu. Namun menurut catatan yang ada dalam sejarah Legiun, jumlah yang minimumnya sekitar 750 personil dan maksimum 1500 personil. Rekruitmen prajuritnya di ambil dari rakyat di wilayah Mangkunegaran, sedangkan para perwiranya diangkat dari para putera dan kerabat Mangkunegaran. Untuk menjadi kadet atau calon perwira dipersyaratkan umur 16 tahun dan menguasai bahasa Belanda dan Melayu. Agar mutu Legiun Mangkunegaran setara dengan tentara Belanda, maka beberapa tentara Belanda ditugasi untuk mendidik dan melatih para prajuritnya. Legiun Mangkunegaran terkenal sebagai tentara yang bermutu tinggi, sehingga jenjang kepangkatannya oleh pemerintah Belanda diakui sama dengan kepangkatan dalam tentara Belanda. Apabila dalam keadaan perang, Legiun Mangkunegaran akan berfungsi sebagai tentara cadangan Belanda. Hal ini terjadi waktu Perang Dunia II, dimana tentara Belanda diserang tentara Jepang pada masa pemerintahan MN.VII dan Legiun Mangkunegaran ikut bertempur bersama tentara Belanda. Dalam perang tersebut, Belanda menyerah dan Legiun Mangkunegaran dibubarkan oleh Pemerintah Jepang. Dengan demikian MN.VII tercatat sebagai Kolonel Komandan yang terakhir.
Tugas pokok dari Legiun Mangkunegaran adalah menjaga keutuhan dan keamanan Praja Mangkunegaran. Karena tugas tersebut, maka kadang-kadang Legiun Mangkunegaran melakasanakan tugas-tugas polisionil diluar Praja Mangkunegaran. Sebagai contoh, pada setiap ada suksesi tahta di Keraton Surakarta, maka selama suksesi tersebut berlangsung, penjagaan keamanan kota Surakarta seluruhnya diserahkan kepada Legiun Mangkunegaran.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
keren euy
BalasHapus