Sabtu, 03 Desember 2011

NASKAH MERTASINGA - PEMBANGUNAN MESJID AGUNG CIREBON

SINUHUN JATI MEMBANGUN MESJID AGUNG PAKUNGWATI 
(pupuh XXII.37 - XXII.47)
Sinuhun Gunung Jati berkehendak untuk membangun Mesjid Agung Pakungwati yang kelak akan menjadi pusaka di Carbon. Uwaknya [Pangeran Cakrabuana] diminta untuk mengumpulkan bahan-bahan untuk pembangunan masjid itu. Dari seluruh pelosok negeri telah dikumpulkan kayu yang baik untuk dipakai sebagai tiang. Sunan Rangga sudah mengerti akan keinginan putranya itu. Dengan segera sudah banyak terkumpul kayu-kayu yang diperlukan. Tukangnya berjumlah seratus orang, sebanyak bahan yang ada, atap sirap sudah dipilihi, paku dan batu bata sudah terkumpul di Pakungwati.
Kemudian Sinuhun Jati berkata kepada Syekh Datuk Khapi, "Kakanda Datuk Khapi, tolong tuliskan surat untuk dikirimkan ke negara Banisrail. Sampaikan kepada adinda Nurullah agar mengupayakan kayu Jati. Mintalah yang utama, yang panjang, untuk dijadikan sakagurunya. Hanya empat buah saja yang kubutuhkan,  satu tiang saka dari Mesir sebagai sumbangannya Babu Dampul, satu dari Banisrail sebagai sumbangannya adinda Nurullah, satu lagi dari Bagdad sebagai sumbangan dari Datuk Khapi, dan satu lagi dari Surandil sumbangan dari Syekh Benthong. Segera Datuk Khapi menulis surat tersebut dan mengirimkannya. Sementara itu yang membangun terus bekerja, sambil menunggu datangnya kiriman keempat kayu sakaguru  dari negara Arab.

PENYELESAIAN MASJID AGUNG CARBON 
(pupuh XXVIII.13 - XXVIII.15)
Setibanya Sinuhun Jati di Dalem Agung, beliau berkehendak untuk segera mendirikan mesjid yang patakanya sudah didirikan. Semua wali sangat bersemangat dalam membantu pembangunan mesjid ini. Mereka telah mendirikan rangkanya bersama-sama. Ketika keesokan harinya diperiksa terjadi lagi perselisihan mengenai arah Kiblat. Sebagian mengatakan kurang ke selatan, lainnya mengatakan kurang ke utara dan lainnya lagi mengatakan sudah tepat arah kiblat itu. Sehingga kerangka mesjid itu diangkat dipindah-pindah berubah arah setiap kali terdengar pendapat baru. Demikian berlangsung tak habis-habisnya. Sunan Kalijaga kembali memberikan penyelesaiannya seperti yang dilakukannya waktu di Demak.

SASMITA MESJID AGUNG CARBON 
(pupuh XXVIII.15 - XXVIII.21)
Setelah selesai pembangunan mesjid Agung Carbon semua Wali memanjatkan puji syukur dan para Wali melakukan sholat Subuh. Setelah sholat Sunan Kalijaga membuat sasmita/isyaratnya mesjid ini : Sang gligir manik pethak, putra jagat bawur, bawuring wong timbul tatal, timbul aning ngaliwung awang nguwung, sageb ana waniya. Sarta takutana dadi sarta wani, sampurnaneng jagat sedaya, sangang ngatus ya kathahe, punjule patang puluh, kalawan lelima puniki.
Waktu itu usia Sinuhun Jati 113 tahun. Kemudian para Wali memberikan sumbangan-nya untuk mesjid ini. Sunan Bonang menyumbangkan satu tikar yang digelarkan di sebelah utara, Syekh Benthong menyumbang satu tikar yang berasal dari Medinah dan digelarkan di paimaman yang di sebelah utara, Sunan Jati menyumbang satu tikar yang berasal dari Pulau Majeti dipasang di tengah paimaman. Sunan Kalijaga menyumbang satu tikar yang digelarkan di sebelah utaranya tikar Sunan Purba. Pada waktu itu semua wali bergantian menjadi Imam shalat Jum'at di Mesjid Agung. Pangeran Makdum yang menjadi Juru komat sholat Jum'at. Pangeran Datuk Khapi, yang memegang waman ah sannun-nya (yang mengatur mesjid dalam hal jadwal, shaf, dsb), Tuan Jopak, dan Tuan Bumi. Yang melayani : Sunan Panggung, Tuan Puti, Pangeran Kajoran, bersama Pangeran Drajat. Pangeran Kajoran tanggung jawabnya memegang inalaha (hukum-hukum). Semuanya ini diatur dengan persetujuan para wali.

Catatan penterjemah:
1.      Pembangunan Mesjid Carbon menurut babad ini dibangun pada waktu Sunan Gunung Jati berusia 113 tahun, atau diperkirakan pada tahun 1561 M.
2.      Menurut sebuah catatan dalam naskah lama lain disebutkan bahwa sesuai dengan persetujuan wali, Masjid Agung Carbon diberi nama Sang Ciptarasa, momolonya diberi nama (tidak terbaca), beduknya diberi nama Sang Guru Mangi, mimbarnya diberi nama Sang Srangenge, mikrodnya diberi nama Jubled.


Hasil alih aksara dan alih bahasa dari naskah-naskah lama mengenai Babad Cirebon dan Pajajaran post by Amman W

Tidak ada komentar:

Posting Komentar