Sabtu, 03 Desember 2011

NASKAH MERTASINGA – PUTRI PAJAJARAN YANG MENUNTUT BALAS ( II )

KISAH PEMBALASAN DENDAM DEWI MANDAPA 
 
(pupuh XVIII.02 - XVIII.07)
 
Begitulah alkisah, Dewi Mandapa pergi meloloskan diri seorang diri, dengan penuh kegundahan dia bertekad untuk membalas dendam atas apa yang telah terjadi kepada kakandanya Prabu Pucuk Umun. Dewi Mandapa melakukan puasa tidak makan, tidak minum, tidak tidur dan dengan khusuknya berdoa memohon kepada Dewanya. Dia meminta agar semoga kelak, akan ada yang membalas dendamnya kepada anak cucu dari perusak negaranya, dan para pengikut Arya Lumajang. Dewi Mandapa akhirnya tiba di tempat seorang guru  ternama yaitu Ki Ajar Sukarsa, yang tinggal di Gunung Padang .
 
Ki Ajar Sukarsa sudah mengetahui akan apa yang dikehendaki oleh Dewi Mandapa. Berkata Ki Ajar, "Ananda Dewi Mandapa, bertapalah di bawah pohon Pinang, pohon Pinang yang dijalari pohon Sirih. Sudah dijanjikan kepadamu bahwa kelak bila ada daun sirih kering jatuh, menjatuhi pusar ananda, maka ananda ambil dan makanlah daun itu segera. Kelak nanti ananda akan dapat membalas dendam kepada  yang telah menjakiti hatimu. Walau berwindu tahun lamanya, bilamana belum ada daun kering jatuh itu, janganlah ananda pulang. Nanti setelah ananda makan daun itu, ananda akan hamil, dan kemudian akan lahir seorang bayi perempuan, berilah dia nama Dewi Tanuran Gagang. Dia akan menjadi putri yang cantik jelita bagaikan bidadari, akan tetapi anak itu tidak akan ada yang bisa mengawininya. Karena setiap kali berhubungan suami-istri maka akan berkobar api dari parjinya. Kecuali kelak ada seorang Belanda yang akan bisa menghentikannya. Dari sinilah jalannya Belanda akan bisa memerintah dan menguasai semua raja di Jawa". Mendengar pesan Ki Ajar Sukarsa itu, tekad Dewi Mandapa menjadi semakin bulat dan lalu dia pun mulai bertapa di bawah pohon Pinang selama bertahun-tahun lamanya.
 
DEWI MANDAPA BERTAPA UNTUK MELAKUKAN PEMBALASAN
(pupuh LII.12 - LII.18)
Kembali dikisahkan adik Pucuk Umun yang bernama Dewi Mandapa. Dahulu Pucuk Umun telah dikalahkan oleh Sinuhun Jati oleh karena itu sang adik kemudian melarikan diri, dan mencari jalan untuk membalas dendam. Dewi Mandapa tidak makan dan tidak minum, dia terus memohon kepada sang Jagat Nata. Permintaannya ialah agar ada yang membalas kepada yang telah merebut kerajaannya itu, "Walaupun bukan aku sendiri, biarlah kelak anak cucuku yang melakukannya. Pasti Hyang Pramethi mengetahui nasibku yang menjadi seperti ini, hutang sakit harus dibayar sakit, hutang mati harus dibayar mati, hutang menjajah harus dibalas menjajah. Janganlah nasib seperti ini terjadi lagi pada anak keturunanku selamanya. Oh Dewa, hatiku sepenuhnya memujamu".
Saat itu ada yang sedang bertapa di Gunung Padang, yang bernama Ki Ajar Sukarsa.  Rambutnya sudah putih, pakaiannya compang camping. Ki Ajar Sukarsa melihat Dewi Mandapa kemudian berkata, "Oh sukmaku, Dewa yang pengasih dan  yang tak pernah salah pengetahuannya. Kelak pada akhirnya akan ada anak cucumu yang bisa membalas dendam kepada anak cucu Sinuhun. Akan tetapi walaupun demikian, anak cucumu itu tidak akan naik tahta. Keturunanmu hanya  akan merebut kekuasaan dari keturunannya Sinuhun Purba". Setelah selesai Ki Ajar berkata demikian, Dewi Mandapa berterima kasih kepadanya dan kemudian  Ki Ajar menyuruh sang Dewi bertapa di bawah pohon Pucang (Pinang) selama setahun. Dewi Mandapa menyanggupi perintah Ki Ajar itu, dan dia segera mulai bertapa dengan khusuknya, dengan harapan agar permintaannya dipenuhi. Sang Dewi telah bertapa dengan khusuk hingga tak ada pikiran lain yang mengganggunya lagi, sudah terpusat pikiran sang Dewi Mandapa kepada dewanya.

LAHIRNYA DEWI TANURAN GAGANG 
(pupuh LV.17 - LV.22)

Berganti lagi yang diceritakan, dikisahkan bahwa Dewi Mandapa yang dahulu bertapa sesuai dengan nasihat Ki Ajar Sukarsa, telah bertapa dari setahun menjadi dua puluh lima tahun. Pada suatu hari dalam tapanya di bawah pohon Pucang, ada daun Sirih yang jatuh, menjatuhi dirinya seperti yang telah dijanjikan.  Segera dia mengambil dan memakannya. Setelah tiba waktunya maka kemudian lahir seorang bayi perempuan yang cantik rupawan dan diberi nama Dewi Tanuran Gagang. Kecantikan anak itu bagaikan bintang di malam hari. Setelah menginjak usia dewasa, kecantikan Dewi Tanuran Gagang terdengar oleh Pangeran Jaketra, yang bernama Raja Lahut itu. Dewi Tanuran Gagang lalu diambilnya untuk dijodohkan dengan anaknya yang bernama Pangeran Tlutur. Walaupun demikian sang ibu tidak menyetujui pada keinginan Raja Lahut itu. Dia tidak menghendaki hal itu karena apa yang dimintanya telah dekat, permintaannya akan segera dikabulkan oleh Dewata. Waktu itu Pangeran Jaketra sering berkunjung ke Carbon bersama putra Sinuhun yang dari Banten yang bernama Pangeran Sebakingkin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar