KISAH PEMBALASAN DENDAM DEWI MANDAPA
(pupuh XVIII.02 - XVIII.07)
Begitulah
alkisah, Dewi Mandapa pergi meloloskan diri seorang diri, dengan penuh
kegundahan dia bertekad untuk membalas dendam atas apa yang telah
terjadi kepada kakandanya Prabu Pucuk Umun. Dewi Mandapa melakukan puasa
tidak makan, tidak minum, tidak tidur dan dengan khusuknya berdoa
memohon kepada Dewanya. Dia meminta agar semoga kelak, akan ada yang
membalas dendamnya kepada anak cucu dari perusak negaranya, dan para
pengikut Arya Lumajang. Dewi Mandapa akhirnya tiba di tempat seorang
guru ternama yaitu Ki Ajar Sukarsa, yang tinggal di Gunung Padang .
Ki
Ajar Sukarsa sudah mengetahui akan apa yang dikehendaki oleh Dewi
Mandapa. Berkata Ki Ajar, "Ananda Dewi Mandapa, bertapalah di bawah
pohon Pinang, pohon Pinang yang dijalari pohon Sirih. Sudah dijanjikan
kepadamu bahwa kelak bila ada daun sirih kering jatuh, menjatuhi pusar
ananda, maka ananda ambil dan makanlah daun itu segera. Kelak nanti
ananda akan dapat membalas dendam kepada yang
telah menjakiti hatimu. Walau berwindu tahun lamanya, bilamana belum ada
daun kering jatuh itu, janganlah ananda pulang. Nanti setelah ananda
makan daun itu, ananda akan hamil, dan kemudian akan lahir seorang bayi
perempuan, berilah dia nama Dewi Tanuran Gagang. Dia akan menjadi putri
yang cantik jelita bagaikan bidadari, akan tetapi anak itu tidak akan
ada yang bisa mengawininya. Karena setiap kali berhubungan suami-istri
maka akan berkobar api dari parjinya. Kecuali kelak ada seorang Belanda
yang akan bisa menghentikannya. Dari sinilah jalannya Belanda akan bisa
memerintah dan menguasai semua raja di Jawa". Mendengar pesan Ki Ajar
Sukarsa itu, tekad Dewi Mandapa menjadi semakin bulat dan lalu dia pun
mulai bertapa di bawah pohon Pinang selama bertahun-tahun lamanya.
DEWI MANDAPA BERTAPA UNTUK MELAKUKAN PEMBALASAN
(pupuh LII.12 - LII.18)
Kembali
dikisahkan adik Pucuk Umun yang bernama Dewi Mandapa. Dahulu Pucuk Umun
telah dikalahkan oleh Sinuhun Jati oleh karena itu sang adik kemudian
melarikan diri, dan mencari jalan untuk membalas dendam. Dewi Mandapa
tidak makan dan tidak minum, dia terus memohon kepada sang Jagat Nata.
Permintaannya ialah agar ada yang membalas kepada yang telah merebut
kerajaannya itu, "Walaupun bukan aku sendiri, biarlah kelak anak cucuku
yang melakukannya. Pasti Hyang Pramethi mengetahui nasibku yang menjadi
seperti ini, hutang sakit harus dibayar sakit, hutang mati harus dibayar
mati, hutang menjajah harus dibalas menjajah. Janganlah nasib seperti
ini terjadi lagi pada anak keturunanku selamanya. Oh Dewa, hatiku
sepenuhnya memujamu".
Saat itu ada yang sedang bertapa di Gunung Padang, yang bernama Ki Ajar Sukarsa. Rambutnya
sudah putih, pakaiannya compang camping. Ki Ajar Sukarsa melihat Dewi
Mandapa kemudian berkata, "Oh sukmaku, Dewa yang pengasih dan yang
tak pernah salah pengetahuannya. Kelak pada akhirnya akan ada anak
cucumu yang bisa membalas dendam kepada anak cucu Sinuhun. Akan tetapi
walaupun demikian, anak cucumu itu tidak akan naik tahta. Keturunanmu
hanya akan merebut kekuasaan dari keturunannya
Sinuhun Purba". Setelah selesai Ki Ajar berkata demikian, Dewi Mandapa
berterima kasih kepadanya dan kemudian Ki Ajar
menyuruh sang Dewi bertapa di bawah pohon Pucang (Pinang) selama
setahun. Dewi Mandapa menyanggupi perintah Ki Ajar itu, dan dia segera
mulai bertapa dengan khusuknya, dengan harapan agar permintaannya
dipenuhi. Sang Dewi telah bertapa dengan khusuk hingga tak ada pikiran
lain yang mengganggunya lagi, sudah terpusat pikiran sang Dewi Mandapa
kepada dewanya.
LAHIRNYA DEWI TANURAN GAGANG
(pupuh LV.17 - LV.22)
Berganti lagi yang diceritakan, dikisahkan bahwa Dewi Mandapa yang dahulu bertapa sesuai dengan nasihat Ki Ajar Sukarsa, telah bertapa dari setahun menjadi dua puluh lima tahun. Pada suatu hari dalam tapanya di bawah pohon Pucang, ada daun Sirih yang jatuh, menjatuhi dirinya seperti yang telah dijanjikan. Segera dia mengambil dan memakannya. Setelah tiba waktunya maka kemudian lahir seorang bayi perempuan yang cantik rupawan dan diberi nama Dewi Tanuran Gagang. Kecantikan anak itu bagaikan bintang di malam hari. Setelah menginjak usia dewasa, kecantikan Dewi Tanuran Gagang terdengar oleh Pangeran Jaketra, yang bernama Raja Lahut itu. Dewi Tanuran Gagang lalu diambilnya untuk dijodohkan dengan anaknya yang bernama Pangeran Tlutur. Walaupun demikian sang ibu tidak menyetujui pada keinginan Raja Lahut itu. Dia tidak menghendaki hal itu karena apa yang dimintanya telah dekat, permintaannya akan segera dikabulkan oleh Dewata. Waktu itu Pangeran Jaketra sering berkunjung ke Carbon bersama putra Sinuhun yang dari Banten yang bernama Pangeran Sebakingkin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar