Sabtu, 03 Desember 2011

NASKAH MERTASINGA: PERJALANAN SPIRITUAL SYARIF HIDAYATULLAH ( I )

(Dalam pupuh-pupuh sebelumnya dikisahkan bahwa ketilka menginjak usia remaja, pemuda Syarif Hidayatullah ditinggal oleh ayahandanya, dan dia pun dipersiapkan untuk menjadi raja Banisrail. Namun pada suatu hari di Gedung Agung dia menemukan sebuah kitab yang ditulis dengan tinta emas, sebuah kitab yang bernama “Kitab Usul Kalam”. Kitab ini memperinci hakekat Nabi Muhammad dan menjelaskan mengenai Allah Yang Maha Suci. Setelah membaca buku ini Syarif Hidayatullah menjadi risau hatinya, timbul keinginannya untuk bertemu dengan Rasulallah. Maka dia pun segera menjumpai ibundanya untuk mohon izin akan pergi mencari Nabi Muhammad S.A.W.
Tidak seorangpun yang dapat menahan keinginannya, akhirnya pemuda Syarif melakukan perjalanannya untuk mencari Rasulallah. Setelah melalui berbagai rintangan dan pertemuannya dengan naga guwing, mengunjungi makam Nabi Sulaiman di pulau Majeti dan kemudian berjumpa dan diberi wejangan oleh Nabi Khidir.
Setelah selesai memberikan wejangannya, kemudian Nabi Khidir cepat menaiki kudanya, dan bersiap hendak mencambuk kudanya untuk meninggalkan pemuda Syarif. Akan tetapi tanpa bisa dicegah pemuda Syarif melompat di belakangnya dan minta untuk diajak pergi. Kuda Sembrani itu lalu terbang cepat bagaikan kilat, tenggelam dalam ketidak tahuan arah, utara-barat-timur ataupun selatan, alam menjadi gelap gulita hingga akhirnya  memasuki sebuah tempat yang terang benderang. Mereka tiba di Gunung Mirah Wulung, dari mana terlihat Surga Agung).

SYARIF HIDAYATULLAH BERTEMU DENGAN NABI MUHAMMAD S.A.W. 
(pupuh V.13 - V.22)
            Setelah pemuda Syarif turun dari Kuda Sembrani itu, Nabi Khidir berkata, "Engkau tunggulah disini dengan sabar, nanti akan ada yang datang kepadamu, nanti akan kau lihat sendiri". Setelah berkata demikian lalu Nabi Khidir menghilang tak terlihat lagi. Begitulah pemuda Syarif ditinggal termanggu-manggu seorang diri menunggu kedatangnya seorang yang agung. Tak terdengar kedatangannya, seekor burung putih keluar dari puncak gunung mendatangi pemuda Syarif dan kemudian membawanya naik ke puncak gunung itu. Pemuda Syarif dibawa ke Mesjid Kumala. Tanpa diketahui kedatangannya kemudian terlihat Rasulallah, cahayanya menyilaukan memancar menerangi alam sekitarnya. Syarif Hidayat lalu menghambur untuk bersujud di hadapan Nabi, akan tetapi bahunya segera diangkat oleh Rasul dan sabdanya, "Nanti kamu kafir kalau kamu menyembah kepada sesama manusia, sebab sejak awalnya sujud itu hanya kepada Allah". Pemuda Syarif kemudian berkata, "Hamba mohon syafaat, baiyat kepada sejatinya, semoga selamat dunia sampai akhirat". Rasul berkata:

"He wong anom, iku sira pinangka dadi gegentine raganing wong. Den eling sira mangko, ing sasamining agesang. Urip iku ora beda, ora kena ya ing lampus sukmanira anom iku Allah. Aja sengge dingin kari, anging tunggal tan kalinya, iku sira ing anane. Ciptanen roro ning tunggal. Nanging dhohir kudu nganggoa ing warana iku besuk, ngramehaken ingkang praja. Nuduhaken kaula gusti, poma-poma den sangkriba iku ing wicarane. Nyampurnakaken ing amal, syareat ingkang utama, ngabekti ing bapa ibu, ngunjunga ing Ka'batullah. Ulatana guru kang mursyid, aja ngilangaken adat dunya".

(Hai anak muda, yang akan menjadi pengganti diriku. Ingatlah kamu selalu kepada sesama hidup. Karena hidup itu tidak berbeda, tidak bisa dibunuh karena sukmanya itu Allah. Jangan sampai nanti terlambat, hanya ada satu tak ada duanya, yaitu itulah engkau adanya. Namun lahir harus memakai tirai, untuk meramaikan negara. Berikan petunjuk kepada hamba Allah, berhati-hatilah dalam tutur kata. Sempurnakan amal syareat yang utama, dengan berbakti pada ayah bunda, dan kunjungilah Ka'bah Allah. Carilah guru yang saleh dan janganlah meninggalkan adat dunia, hanya itulah nasihatku). Maka selesai sudah baiyatnya Rasulallah. Syarif Hidayat pun bersyukur karena tercapai sudah keinginannya yang satu, yaitu berjumpa dengan Nabi Muhammad S.A.W.
 
diposkan oleh Amman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar