Dalam
kisah Lembu peteng atau bondan kejawen tidak luput dari nama nama
berikut ini yaitu Nyai Wandan sari atau putri wiring kuning, Nona
Telangkas dan joko tarub atau kiageng tarub.
Disaat itu di Kerajaan Majaphit yang diperintah Prabu Browijoyo kelima ditinggal wafat istrinya, sehingga Prabu Browijoyo sakit dan tidak mau menduduki kursi kerajaan, dan setiap malam kalau tidur ditepi Kerajaan. Suatu malam dia bermimpi bila sakitnya ingin sembuh maka harus mengawini putri Wiring Kuning, kemudian raja terbangun dari tidurnya. Akhirnya para patih diperintah untuk mengumpulkan semua putri - putri. Setelah diteliti dan disesuaikan dengan mimpinya tersebut akhirnya menjumpai putri Wiring Kuning/ Dewi Wandan yang ternyata adalah pembantunya sendiri. Akhirnya dikawinilah putri tersebut dan dilarang untuk keluar dari taman kaputren karena malu jika ketahuan orang bahwa raja mengawini pembantunya sendiri. Setelah jabang bayi lahir raja Brawijaya memanggil saudaranya (Juru Mertani) supaya memelihara dan mengasuh bayi tersebut. Kemudian bayi tersebut diberi nama Bondan Kejawan (Lembu Peteng). Dimasa kanak-kanak Bondan Kejawan, ayah asuhnya atau Juru Mertani akan membayar pajak kekerajaan disaat itu Bondan Kejawan mendengar bahwa ayahnya akan kekerajaan dan dia ingin ikut tetapi tidak diperbolehkan. Namun dia lari dulu dan sampai di Kerajaan dia langsung masuk dan naik keatas kursi raja. Kemudian membunyikan Bende Kerajaan. Sang raja mendengar bunyi bende kerajaan dan marahlah, anak tersebut ditangkap dan dimasukkan kedalam sel kerajaan. Tidak lama kemudian datanglah Juru Mertani dengan membawa padi untuk membayar pajak. Selesai membayar pajak dia menghadap sang raja dan menanyakan anak kecil yang membunyikan bende kerajaan. Diberitahukan kepada sang raja bahwa anak kecil itu putra sang raja sendiri. Kemudian raja memanggil anak kecil itu dan membawa kaca untuk melihat wajahnya sendiri dengan wajah anak tersebut. Ternyata Beliau yakin dan percaya bahwa anak tersebut putranya sendiri. Kemudian Juru Mertani disuruh sang raja untuk mengantarkan putranya ke Saudaranya yaitu Ki Ageng Tarub dan putranya agar diasuh dan dipeliharanya.
b. NYAI TELANGKAS
Kurang
lebih pada tahun 1300 M, ada utusan (mubaleg) dari Arab yaitu Syeh
Jumadil Kubro. Beliau mempunyai putri bernama Ny. Thobiroh dan Ny.
Thobiroh mempunyai putra Syeh Maulana. Disaat itu Syeh Maulana mendapat
perintah mengembangkan syariat Islam di pulau jawa sangat berat. Hal
tersebut dikarenakan orang-orang Jawa banyak yang masih memeluk agama
Hindu Budha, dan orang-orang jawa pada saat itu ahli bertapa, hingga
orang Jawa banyak yang tebal kulitnya. Maka dari itu Syeh Maulana mulai
memasukkan syareat Islam di tengah - tengah masyarakat Jawa, yaitu
mendekatkan diri kepada Allah dengan cara bertapa keatas pohon giyanti
yang sangat besar, dimana diatas pohon tersebut terdapat tumbuhan
simbar.
Bertepatan
itu di Surabaya terdapat Kerajaan Temas, rajanya bernama Singawarman
dan mempunyai putri yang bernama Nyai Telangkas. Dikala itu Nona
Telangkas sudah dewasa, namun belum ada remaja yang berani meminangnya.
Setelah itu Nona Telangkas diperintah oleh ayahnya supaya menjalankan
bertapa ngidang yaitu masuk hutan selama 7 tahun, tidak boleh pulang
atau mendekat pada manusia dan tidak boleh makan kecuali daun yang ada
di hutan tersebut. Sehingga Nona Telangkas mempunyai nama Kidang
Telangkas. Pada saat akan selesai bertapa, di tengah hutan tersebut Nona
Telangkas melihat ada Telaga yang sangat jernih airnya. Kemudian dia
mau mandi di telaga tersebut setelah melepas semua pakaian dia melihat
di dalam air terdapat bayangan pria yang sangat tampan.
c. KI AGENG TARUB 1
Namun
dikala itu Nona Telangkas telah terlanjur melepaskan semua pakaiannya.
Akhirnya terpaksa menjeburkan diri di telaga tersebut, sambil
mengucapkan dalam ucapan bahasa jawa "mboh gus wong bagus ". Setelah
selesai mandi maka Nona Telangkas kembali pulang ke Kerajaan Temas
(Surabaya) untuk menghadap orang tuanya. Namun Nona Telangkas disaat itu
ternyata sudah dalam keadaan hamil maka setelah menghadap ayahnya
beliau ditanya "Siapakah suamimu, sehingga engkau pulang dalam keadaan
hamil ? " Ditanya ayahnya berulang-ulang, dia tidak bisa menjawab. Namun
di dalam hatinya Nona Telangkas teringat dalam pertapanya dikala akan
selesai, dimana dia mandi di dalam telaga yang sangat jernih airnya, dan
ternyata di dalam air tersebut terdapat bayangan pria yang sangat
tampan. Maka disaat ditanya oleh sang ayah dia tidak bisa menjawab,
namun didalam hatinya menjawab seperti diatas. Maka akhirnya dia kembali
masuk hutan untuk mas mencari tersebut. Disaat sampai di tengah hutan
Nona Telangkas melahirkan bayi, sampai sekarang tempat tersebut diberi
sebutan desa Mbubar .
Setelah
jabang bayi lahir lalu diajak mencari telaga, yang akhirnya menjumpai
telaga yang terdapat bayangan pria yang tampan tersebut. Kemudian si
jabang bayi diletakkan ditepi sendang telaga dan ditinggal pulang ke
kerajaan Themas. Siapakah sebenarnya orang yang kelihatan bayangannya
didalam sendang telaga, ternyata beliau adalah Kanjeng Syeh Maulana
Maghribi yang sedang bertapa diatas pohon Giyanti.
Dikala
si jabang bayi Nona telangkas diletakkan dipinggir sendang telaga, Syeh
Maulana berkata " Nona Telangkas keparingan amanateng Allah kang bakal
njunjung drajatmu kok ora kerso " (dalam Bhs jawa). Yang akhirnya Syeh
Maulana turun dari pertapanya dan menimang jabang bayi, kemudian
dibuatkan tempat yang sangat indah yaitu Bokor Kencono .
Dikala itu Dewi Kasian ditinggal wafat suaminya yang bernama Aryo Penanggungan, belum mempunyai putra, karena sayangnya Dewi Kasian terhadap suaminya, walau sudah wafat setiap saat dia selalu menengok makam suaminya. Maka dikala itu Syeh Maulana Maghribi membawa putranya yang telah dimasukkan bokor kencono dan diletakkan disamping makam Aryo Penanggungan. Di malam itu juga kebetulan Dewi Kasian keluar dari rumah menengok kearah makam suaminya, kelihatan sinar yang menjurat keatas dari arah makam suaminya, apakah sebetulnya sinar yang menjurat dari arah makam suaminya tersebut ? Ternyata setelah didekati adalah sebuah bokor kencono yang sangat indah, dan dibuka bokor tersebut ternyata didalamnya terdapat jabang bayi yang sangat mungil dan lucu sekali. Disaat itu Dewi kasian sangat terperanjat hatinya melihat si jabang bayi tersebut, dengan tidak disadari akhirnya bokor berisi jabang bayi dibawa pulang dengan lari dan mengucapkan : "kangmas Penanggungan wis sedo, kok kerso maringi momongan marang aku ". (dalam Bhs Jawa).
Kabar
mengenai orang yang telah meninggal tetapi bisa memberikan kepada istri
jandanya, telah tersiar sampai ke pelosok negeri. Masyarakat berbondong
- bondong ingin menyaksikan kebenaran berita tersebut, Akhirnya Dewi
Kasian yang asalnya tidak punya harta benda apa - apa menjadi janda yang
kaya raya, dari uluran orang - orang yang datang tersebut. Kemudian
jabang bayi diberi nama Joko Tarub karena dikala masih bayi diambil Dewi
Kasian dari atas makam Aryo Penanggungan yang makamnya dibuat makam
Taruban. Pada usia kanak-kanak Joko tarub atau Sunan Tarub mempunyai
kesenangan atau hobi menangkap kupu-kupu di ladang. Setelah masuk di
tengah hutan bertemu orang yang sangat tua, dia diberi aji - aji tulup yang namanya tulup Tunjung Lanang. Tulup inilah yang akhirnya menjadi aji-aji sangat luar biasa untuk Kiai Ageng Tarub/ Sunan Tarub.
Diwaktu mendapat tulup tersebut dia pulang dengan cepat menyampaikan
berita kepada ibunya (Dewi Kasian) dan mengatakan bahwa dia di tengah
hutan dijumpai seorang yang sangat tua memberi aji - aji tulup kepadanya.
Namun karena sayangnya, Dewi Kasian tidak memperbolehkan putranya masuk
hutan, karena khawatir kalau dimakan hewan buas atau dibunuh orang yang
tidak senang kepadanya. Namun karena Joko tarub tidak takut lebih-lebih
mempunyai aji - aji tulup tersebut, maka Joko Tarub tetap senang masuk
hutan untuk mencari burung.
Sampai
diatas gunung Joko Tarub mendengar suara burung yang sangat indah
bunyinya yaitu burung perkutut. Kemudian didekati dan dilepaskan anak
tulup kearah burung tersebut namun gagal. Akhirnya Joko Tarub berfikir
dan menganggap bahwa burung ini tidak burung biasa. Kemudian terdengar
lagi suara burung dari arah selatan, didekati dan dilepaskan lagi anak
tulup kearah burung namun tidak mengenai burung itu dan ternyata anak
tulup itu mengenai dahan jati. Tempat yang ditinggalkan burung tadi
sekarang dinamai Dukuh Karang Getas. Karena sedihnya Joko tarub maka tempat yang ditinggalkan, sekarang dinamai Dukuh Sedah.
Kemudian terdengar lagi suara burung dari arah selatan, didekati dari
posisi yang strategis (burung dalam keadaan terpojok), maka anak tulup
dilepaskan dan ternyata tidak kena dan burung terbang lagi ke selatan.
Tempat tersebut sekarang menjadi Dukuh Pojok. Burung terbang ke selatan dan hinggap d iatas
pohon asam oleh Joko Tarub dilepaskan lagi anak tulup kearah burung
tetapi terbang lagi ke selatan, tempat yang ditinggalkan tadi menjadi Dukuh Karangasem.
Diwaktu mengejar burung keselatan Joko Tarub merenungi burung tersebut,
dalam ucapannya mengatakan ini burung atau godaan. Tempat merenungi
Joko Tarub sekarang dinamai Desa Godan Joko Tarub mengejar terus burung kearah selatan, tempat melihatnya Joko Tarub sekarang dinamakan Dukuh Jentir.
Joko Tarub terus melacak burung kearah tenggara kemudian berjumpa lagi
dengan burung yang hinggap di pohon tetapi burung tersebut tidak
bersuara. Setelah burung itu terbang lagi ke selatan dan tempat yang
ditinggalkan tadi dinamakan Dukuh Pangkringan.
Kemudian Joko Tarub melacak kearah selatan, setelah sampai ditempat
yang sangat rindang disitulah burung terbunyi lagi. Namun Joko Tarub
mendengar suara wanita yang baru berlumban (mandi) di dalam sendang.
Disaat itu Joko Tarub lupa burung yang dikejar dia beralih mengintai
suara wanita yang mandi di dalam sendang Ternyata para bidadari yang
sedang dilihat, akhirnya Joko Tarub mengambil salah satu pakaiannya
bidadari yang dengan tutup kemudian dibawa pulang dan disimpan dibawah
tumpukan padi (lumbung) ketan hitam. Joko Tarub kembali lagi ke Sendang
dengan membawa sebagian pakaian ibunya. Setelah sampai didekat sendang
ternyata para bidadari sudah terbang kembali ke surga. Tinggal satu yang
masih mendekam ditepi sendang dengan merintih dan berkata : "sopo yo
sing biso nulung aku, yen wadon dadi sedulur sinoro wedi, yen kakung
sanggup dadi bojoku".
Disaat
itu Joko Tarub mendekati dibawah pohon sambil mendengarkan ucapan
bidadari tersebut dan menolong bidadari dengan melontarkan pakaian
ibunya. Setelah bidadari berpakaian diajak pulang kerumah ibunya dan
disampaikan kepada ibunya bahwa putri ini adalah putri dari sendang yang
baru terlantar dan minta tolong kepada siapun : Jika yang menolong pria
akan dijadikan suaminya. Akhirnya Joko tarub menikah dengan bidadari tersebut yang bernama
Nawang Wulan. Adapun sendang yang dibuat lomban para bidadari, sekarang dinamakan Sendang Coyo. Kemudian Joko Tarub dengan Nawang Wulan mempunyai tiga putri yaitu :
1. Nawang sasi,
2. Nawang Arum,
3. Nawang Sih.
Pada
waktu bayinya, Nawang Sih mengalami satu riwayat yang sangat hebat
yaitu dikala Nawang Sih masih di ayunan, ibunya mau mencuci pakaian di
sungai dan berpesan pada Joko Tarub agar mengayun putrinya dan jangan
membuka kekep (penutup masakan). Namun setelah Nawang Wulan pergi ke
sungai, Joko Tarub penasaran akan pesan istrinya, maka dibukalah kekep
tersebut, setelah melihat didalam kukusan, ternyata yang dimasak
istrinya hanya satu untai padi. Joko Tarub mengucapkan (Masya Allah,
Alhamdulilah istriku yen masak pari sak uli ngeneki tho, lha iyo parine
ora kalong - kalong. Tak lama kemudian istrinya datang lalu membuka
masakan tersebut, ternyata masih utuh padi untaian. Kemudian istrinya
menegur suaminya bahwa pasti kekep tadi dibuka, sehingga terjadi
pertengkaran. Akhirnya Nawang Wulan menyadari sehingga harus dibuatkan
peralatan dapur (lesung, alu, tampah) Setelah kejadian itu Nyi Nawang
Wulan kalau mau masak harus menumbuk padi dulu, sehingga lambat laun
padi yang ada di lumbung makin habis. Setelah sampai padi yang bawah
sendiri yaitu padi ketan hitam, ternyata pakaiannya diletakkan disitu
dan diambil kemudian menghadap suaminya. Akhirnya terjadi pertengkaran
yang hebat, ternyata yang mengambil pakaiannya waktu disendang dulu
adalah Joko Tarub sendiri. Kemudian Nyi Nawang Wulang ingin pulang
kembali ke surga dan berpesan kepada suaminya : "Bila putrinya menangis
minta mimik agar diletakkan didepan rumah diatas anjang - anjang."
Tetapi setelah Nawang Wulan sampai di Surga di tolak oleh teman-temannya
karena sudah berbau manusia. Kemudian Nyi Nawang Wulan turun lagi ke
bumi namun tidak ada maksud kembali kerumah suaminya. Dia ingin bunuh
diri naik di gunung Merbabu meloncat ke laut selatan. Setelah sampai di laut selatan Nyi Nawang Wulan perperang dengan Nyi Roro Kidul,
dan akhirnya Nyi Nawang Wulan mendapat kejayaan, sehingga laut selatan
dikuasai oleh Nyi Nawang Wulan. Jadi yang ada dilaut selatan ada tiga
putri yaitu : Nyi Nawang Wulan, Nyi Roro Kidul, Nyi Blorong. Setelah
Joko Tarub ditinggal Nyi Nawang Wulan dia hidup dengan putrinya Nawang
Sih.
Adapun
trah atau anak turun LEMBU PETENG / BONDAN KEJAWEN dalam garis
keturunan Raden Mas BAGUS HARUN atau Ki AGENG BASHORIAH adalah sebagai
berikut
Bersambung : 1. Lembu Peteng/ Bondan Kejawen/ Ki Ageng Tarub II
Tidak ada komentar:
Posting Komentar