NASKAH KUNINGAN: WEJANGAN PANDITA IDHOPI KEPADA ANAK RAJA PAJAJARAN – (2 dari 5).
NASKAH KUNINGAN:
WEJANGAN PANDITA IDHOPI KEPADA ANAK RAJA PAJAJARAN – (2 dari 5).
PUPUH V.17 – VI.17
05. Kaping telu iku rara,
deng penther ing tingal jati,
deng awas ajalullah,
kang luhur enggonira balik,
parwa sukma sajati,
ing mangko sukma sumurup,
maring jasmani nira,
ajir balik sukma sajati,
antepena dingin sukma mangko sukma.
06. Besuk ya sukma wisesa,
orana lian maning,
kaping pate iku rara,
deng idhep patuting pati,
titipaning yang widhi,
pakon cegah lan pitutur,
kinon idhep anembah,
olekena iku nini,
maring kang due titipan dipun pasrah.
07. Sakehing pangidhep pira,
serahena ming kang den idhepi,
terusana ing sipat,
dingin idhep mangko uning,
ing besuk apa maning,
ora lian idhep iku,
kaping limane rara,
leburing papan lan tulis,
dipun teges paworing badan lan nyawa.
08. Paworing nyawa lan rasa,
tunggal ing dzat jati,
terusana sipat nira,
leburing badan dumadi,
kari nyawa ruhani,
leburing nyawa tumulus,
kari rasa kang tunggal,
ing dzatullah kang sajati,
dingin dzat besuk dat.
Hal
ketiga anakku, bentangkanlah penglihatanmu yang sejati. Waspadalah akan
ajalullah yang luhur tempat engkau pulang, tempat dari sukma sejati
kelak . Sukma sumurup kedalam jasmianimu, dan kemudian lebur kembali
menjadi sukma sejati. Telah ditetapkan bahwa bila sekarang sukma, nanti
sukma, dan kelak juga ya sukma yang luhur yang tidak ada lainnya lagi.
Hal
keempatnya anakku, ketahuilah mengenai ‘kepatutan dari kematian’
(patuting pati) sebagai titipan dari Yang Widhi. Tidak dapat dicegah dan
dipersoalkan, dan harus dihormati. Oleh karena itu anakku, berserah
dirilah kepada Yang Maha Memiliki titipan tersebut. Seluruh
pengetahuanmu serahkanlah kepada Yang Maha Mengetahui. Kemudian ada
ketentuan bahwa bila sekarang mengetahui, nanti mengetahui, kelak tidak
ada lain selainnya pengetahuan itu.
Hal
kelima anakku, leburnya papan dengan tulisannya. Seperti halnya
berbaurnya badan dengan nyawa, berbaurnya nyawa dengan rasa, menyatu
dalam Dzat sejati. Kemudian ada sifat bahwa leburnya badan menjadi nyawa
ruhani, dengan leburnya nyawa menjadi rasa yang tunggal dalam Dzatullah
yang sejati. Sekarang Dzat besok juga Dzat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar