ARYA KUNINGAN GAGAL MENYERBU DERMAYU
(pupuh XLIII.15 - XLIV.11)
Dikisahkan
bahwa keinginan berperang Arya Kuningan masih terus berlanjut. Arya
Kuningan masih belum puas karena kekalahannya dalam perang tanding.
Dengan Arya Pandelegan dia datang lagi menghadap Sinuhun dan berkata,
"Mohon maaf Gusti Sinuhun, hamba mohon izin untuk menundukkan Dermayu
(Indramayu) itu. Sampai saat ini mereka belum menunjukkan tanda-tanda
untuk tunduk kepada agama Rasul". Permintaan tersebut dijawab oleh
Sinuhun, "Besar betul keinginanmu untuk berperang Arya Kuningan, baiklah
pergilah sesuai dengan keinginanmu. Namun berhati-hatilah, janganlah
engkau terlampau memperturutkan keinginan hatimu itu".
Maka
Pangeran Kuningan pun sangat gembira hatinya, dan segera mohon pamit
dari hadapan Sinuhun. Dia mempersiapkan pasukan beserta persenjataannya.
Pangeran Kuningan dengan menunggang kuda yang bernama Sawindu,
berkeliling memeriksa pasukannya. Barisan di depan membawa bendera merah
bertuliskan nama Nabi yang ditulis dengan huruf emas. Pasukannya sudah
berjalan jauh dan hampir tiba di Dermayu.
Dikisahkan
Arya Kiban yang telah menghilang itu, masih juga berkeinginan untuk
mengganggu Arya Kuningan. Begitulah Arya Kiban merubah dirinya menjadi
Kidang Kencana, berdiri menghadang di tengah jalanan hingga terlihat
oleh Pangeran Kuningan. Ketika tampak ada kijang berdiri di tengah
jalan, maka kuda Sawindu segera lari mengejarnya hingga melampaui
barisan. Dengan cepat kuda itu memburu sehingga bala tentara Arya
Kuningan tertinggal di belakang dan menjadi kacau balau kehilangan
pemimpinnya yang telah jauh meninggalkan mereka. Arya Kuningan dengan
semangat memburu kijang itu hingga lupa daratan. Arya Kuningan berkata,
"Engkau kijang, tak mungkin aku akan gagal menangkapmu, walaupun engkau
masuk lubang semut sekalipun aku pasti akan menemukanmu. Karena memburu
kijang itu adalah memang keahlianku".
Kijang
itu berlari terus hingga akhirnya melompat kedalam sebuah sungai besar,
dan kuda Sawindu pun ikut melompat ke dalam air menubruk ke tempat
dimana kijang itu tadi terjun. Akan tetapi kijang itu menghilang tak
tentu rimbanya. Arya Kuningan terlempar dari kudanya dan dengan susah
payah dia berusaha menepi, sedangkan kudanya dengan menjerit-jerit
akhirnya berhasil naik ke daratan. Kijang itu kemudian merubah dirinya
menjadi banjir besar sehingga Arya Kuningan terbawa hanyut ke tengah
laut. Hampir saja Arya Kuningan menemui ajalnya, sudah hampir dua hari
dia terombang ambing di tengah laut. Pada waktu tengah hari, di tengah
laut itu datang seorang nelayan yang sangat tinggi ilmunya. Nelayan itu
kemudian mengangkat Arya Kuningan naik ke perahunya, dan kemudian
membawanya kembali ke daratan.
Arya
Kuningan kemudian diangkat menjadi muridnya, resi itu berkata
kepadanya, "Bilamana engkau ingin lebih digjaya, ini kuberikan minyak
bertuah, adapun kemampuannya ialah bilamana kau siram minyak ini pada
gabah padi, dan kemudian ditebarkan di lapangan, maka gabah itu akan
berubah menjadi bala-tentara yang banyak sekali". Arya Kuningan menerima
pemberian resi itu yang tersimpan di dalam sebuah cupu. Selanjutnya
resi itu berkata, "Juga akan kuberikan sebuah Jala yang sangat sakti,
yang bernama Jala Sutra Kamandin. Gunanya ialah bilamana ada orang yang
mengunggulimu, maka tebarkan Jala Sutra ini. Pasti jala ini akan dapat
meringkus orang tersebut tanpa membahayakannya". Setelah Arya Kuningan
menerima pemberian itu, resi itu pun kemudian menghilang dari
penglihatannya, meninggalkan Arya Kuningan seorang diri.
SUMPAH ARYA KUNINGAN
(pupuh XLV.01 - XLV.09)
Tidak
lama kemudian lalu Arya Kuningan bertemu kembali dengan
bala-tentaranya. Mereka semua mohon ampun karena tidak dapat menolongnya
dan menyatakan lagi sumpah setianya. Arya Kuningan memaafkan para
pengikutnya itu, lalu Arya Kuningan mengucapkan sumpah di depan para
sentana mantri, beserta para tetua dan bala-tentaranya. Mereka semua
harus ingat sumpahnya yaitu, "Jangan sampai ada anak cucuku kelak yang
berburu Kijang, atau memakan dagingnya atau memakai kulitnya, termasuk
tulang belulangnya. Ingatlah itu semuanya".
Setelah Pangeran Kuningan bersumpah demikian, kemudian dari
langit turun Jala Sutra Kencana dan tergantung di lengan kirinya.
Kemudian terdengar suara yang memberikan peringatan kepadanya, "He Arya
Kuningan, dengan Jala Pupuh Banyu itu, tak ada musuh yang akan kuat
melawannya. Akan tetapi kelak jala itu akan musnah kembali", demikian
terdengar suara itu. Arya Kuningan pun sudah menerima pemberian pusaka itu.
Arya Kuningan kemudian bermaksud hendak menyelesaikan tujuannya semula,
yaitu menyerang Dermayu. Maka Pangeran Kuningan beserta bala tentaranya
melanjutkan perjalanannya. Akan tetapi barisan tersebut seperti
kehilangan arah. Mereka berjalan dengan kebingungan, mereka
berputar-putar dari lohor hingga magrib. Hingga malam hari mereka masih
tidak tahu arah dan semuanya berjalan dengan penuh kebingungan. Kemudian
salah seorang perwiranya menghadap kepadanya dan berkata, "Barangkali
ini adalah pertanda bahwa jika kita lanjutkan perjalanan ini maka tuan
akan menemui mara bahaya seperti yang baru terjadi itu. Demikian
pendapat hamba orang yang bodoh dan bingung, mudah-mudahan Pangeran
bersedia untuk pulang saja". Arya Kuningan menjawab,
"Apakah kita tidak akan malu, kita telah pamit untuk berperang, akan
tetapi sekarang kita kembali pulang dengan kegagalan". Salah seorang
dari lurahnya menjawab, "Permohonan hamba, lebih baik kita pulang saja
dahulu, dari pada kita sekarang kebingungan di tengah hutan. Maksud
tujuan tuan ke Dermayu sekarang ini sepertinya tidak
memperoleh jalan. Barangkali kita harus pulang dahulu untuk memperoleh
pertolongan Sinuhun Jati". Pangeran Kuningan terdiam sambil berpikir,
kemudian dia berkata, "Betul katamu, baiklah aku akan mengikuti usulmu
itu". Kemudian mereka semuanya pulang kembali ke Carbon.
by Amman Wahju
Tidak ada komentar:
Posting Komentar