Kisah dari pertempuran antara Arya Kuningan dengan Dalem Kiban dari Palimanan yang belum menganut agama Islam.
PERTEMPURAN ARYA KUNINGAN DENGAN DALEM KIBAN
(pupuh XL.07 - XLI.02)
Dalem
Kiban melihat Arya Kuningan datang dengan gagah berani sambil
berteriak, "Hadapi aku kalau kamu berani, jangan bertanding dengan yang
lain". Mendengar itu Arya Kiban pun berteriak kepada Sinuhun Purba,
"Kalau benar kamu orang yang berlebih, datanglah kesini dan hadapilah
aku. Bukannya kamu Arya Sangling yang kuminta, kamu menyingkirlah
segera. Suruhlah Sinuhun Jati menandingi aku, bertempur denganku dan
jangan yang lainnya. Akan kucincang kesombongan orang-orang yang
beragama Islam".
Arya
Kuningan sangat marah mendengar tantangan Dalem Kiban itu, dia berkata
seraya menudingkan telunjuknya kepada musuhnya, "Kamu tidak usah
menyebut-nyebut nama tuanku Kanjeng Sinuhun, lawanlah pembersih kakinya
ini dahulu sampai puas. Akulah yang akan menandingimu. Belum pantas kamu
menghadapi Sinuhun Jati". Setelah berkata demikian Arya Kamuning segera
melarikan kudanya dan bagaikan kilat menyambar Arya Kiban. Akan tetapi
yang disambar mengelak, dan kemudian menjejakan kakinya. Dalem Kiban
berubah menjadi seekor gajah, yang kemudian dengan belalainya melilit
kuda Arya Kuningan sehingga tak bisa bergerak. Kemudian kuda itu
dilambungkannya ke atas dan kemudian ditangkap dengan gadingnya. Kuda
Arya Kuningan tergelincir, dengan tangkas penunggangnya melompat turun.
Arya Kuningan tidak gentar menghadapi kesaktian lawannya itu. Lalu Arya
Kuningan maju menerjang gajah tersebut hingga terpelanting jauh, sejauh
peluru ditembakan, akan tetapi gajah itu bangun lagi.
Arya
Kuningan kemudian menunjukan kesaktiannya, dia segera membaca ajiannya,
Aji Pupuh Bayu yang bernama Aji Raga. Dengan kesaktiannya itu dia
berhasil melumpuhkan sang gajah hingga lumpuh tak bisa bergerak, dan
terguling lemah di tanah. Arya Kiban kemudian melompat dan mencoba untuk
menangkap Arya Kuningan. Maksudnya dia ingin mengangkat Arya Kuningan
dan kemudian membantingnya. Akan tetapi ternyata dia tak kuat
mengangkatnya. Dalem Kiban kemudian mencabut pedangnya dan ditusukan ke
dada Arya Kuningan. Akan tetapi pedang itu tak mampu menembus dadanya.
Arya Kuningan berkata sambil tertawa terbahak-bahak, "Silahkan keluarkan
semua kesaktianmu, akan kulayani". Dalem Kiban berkata, "Jangan banyak
bicara karena nyawamu akan kuambil dan kulitmu akan kubuat tambur". Arya
Kuningan lalu melemparkan tombaknya, hingga Dalem Kiban jatuh dan
terlempar jauh. Dalem Kiban bangun lagi dan kembali menangkap Arya
Kuningan. Keduanya bergumul, saling tendang saling beradu kekuatan, yang
satu menjatuhkan yang lainnya, mereka saling memukul, akan tetapi
keduanya sama kuatnya.
Keduanya
bertarung dari pagi hingga malam. Meskipun demikian keduanya tidak
merasa lelah karena keduanya sama saktinya. Tidak terhitung lagi
banyaknya lembah dan jurang serta karang dan rawa-rawa yang mereka lalui
dalam pergumulan ini. Binatang-binatang penghuninya semua terganggu,
tidak ketinggalan yang ada di sungai-sungai. Binatang-binatang, baik di
air maupun yang di darat melarikan diri sejauh - jauhnya karena
ketakutan akan akibat pertempuran kedua orang ini.
Dari
langit bangsa Jin banyak yang turun menonton, bangsa Bunendra, bangsa
Jar datang berduyun-duyun melihat, juga bangsa Jabal Kap dan bangsa
Darujatbana, Raja Tajera juga datang menonton kedua orang yang tengah
bertempur ini. Bangsa Banis dan bangsa Darudarja, semua bangsa Jin
datang menyaksikan. Pertempuran berlangsung dengan sangat serunya,
keduanya saling mendesak dan saling mendorong hingga ke Gunung Maja dan
menghantam lereng gunung itu hingga keduanya jatuh terjungkal dan
mengeluarkan api. Semua Jin yang menonton di langit gempar
membicarakannya.
Melihat
itu salah seorang raja Jin, Sultan Baduran, berkata, "He kalian manusia
yang tak bosan-bosannya berkelahi, menyingkirlah kalian dari sini.
Jangan berkelahi disini dan merusak surganya para Jin". Begitulah seruan
itu terdengar oleh yang tengah bertempur. Mereka pun melanjutkan
pergumulannya ke lembah, dimana keduanya jatuh terjembab masuk ke dalam
danau sehingga airnya menjadi panas bergolak, dan mengakibatkan banyak
ikan mati. Maka keluar Raja Ikan mencari penyebabnya, dan kemudian
menegur keduanya, "He kalian berdua yang tengah bertempur, sebaiknya
menyingkirlah dari sini, sadarlah kalian dan kasihanilah rakyatku".
Mendengar itu, keduanya lalu keluar dari air. Pangeran Kuningan dan
Dalem Kiban keduanya merasa bahwa badannya menjadi lebih segar setelah
masuk kedalam air.
Kemudian
Pangeran Kuningan mohon kepada Yang Maha Esa agar supaya diberikan
kemenangan dalam pertempuran ini, akan tetapi rupanya doanya itu tidak
dikabulkan karena alam tiba-tiba menjadi gelap gulita dan hujan turun
dengan derasnya sehingga tanah berubah menjadi lumpur. Sementara itu
Dalem Kiban pun berdoa mohon diberi kemenangan dalam pertempuran ini,
yang rupanya dikabulkan doanya. Kekuatannya menjadi berlipat ganda
sehingga musuhnya menjadi kewalahan menghadapinya.
SUMPAH ARYA KUNINGAN
(pupuh XLI.02 - XLI.06)
Seperti
sudah sengaja disiapkan sebelumnya, di tanah yang penuh lumpur itu ada
tumbuhan menjalar yaitu pohon Oyong , dengan akar dan batang menjalar
sangat lebatnya. Dikisahkan, kaki Pangeran Kuningan terjerat batang
pohon yang menjalar itu sehingga dia jatuh terjembab. Pangeran Kuningan
jatuh dan terbenam dalam lumpur, tak bisa bergerak bagaikan tertindih
oleh gunung. Peristiwa ini terjadi pada waktu dhuhur, hari Saptu tanggal
25 bulan Syura. Itu adalah juga waktu yang naas bagi Nabi Muhammad
S.A.W. ketika dahulu berperang di Gunung Uhud.
Melihat
itu Dalem Kiban gembira dan mengejek musuhnya, "Berdirilah kamu
sekarang, jika benar bisa menandingi aku. Walaupun meronta-ronta seperti
apa pun kamu tak kan bisa membebaskan dirimu". Mendengar itu Pangeran
Kuningan bagaikan diiris kupingnya, dia sangatlah marahnya. Akan tetapi
dia tak bisa bergerak karena kakinya terbelit sangat kuatnya bagaikan
diikat oleh rantai besar. Pangeran Kuningan yang tampak hanyalah dari
kepala hingga ke dadanya saja, selebihnya terbenam dalam lumpur. Ketika
itu keluarlah sumpah Arya Kuningan kepada keturunannya : "Dengan
kepastian janji Allah, jangan ada anak keturunanku yang seperti diriku
menderita karena pohon Oyong. Kepada anak cucuku janganlah ada yang
menanam ataupun menyantapnya".
by. Amman N.W.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar