X.02 Pajajaran sepeninggal Prabu Mundingkawati (pupuh XLII.07 – XLII.24)
Tidak
diceriterakan perjalanan hidup si kecil Siliwangi, dikisahkan Kidang
jejadian mengetahui hilangnya sang Prabu dan mereka pun menjadi marah
dengan mengobrak-abrik Pajajaran. Para menak dan kuwu hilang
melarikan diri dikejar ketakutan sehingga tidak ada lagi yang mau
tinggal di kota. Pemukiman ditinggal pergi hingga keadaannya kosong dan
sekarang diisi Kidang dan Menjangan yang bergerombol hilir mudik siang
dan malam. Keangkuhannya bagaikan tentara yang telah memenangkan
peperangan dan dia yang sekarang menjadi penguasanya. Disitulah awalnya
tempat tinggal para menak dan kuwu menjadi seperti kena tulah, mereka takut untuk menyerang karena takut diamuk. Dalam ketakutan mereka semua minggir ke tempat yang jauh-jauh.
Kidang
Panawungan dan Menjangan Gumalunggung terus melampiaskan amarahnya
mengamuk ke arah barat, menyerang Pakuan Parahyangan. Tempatnya Prabu
Sepuh Ciungwanara digempur habis-habisan. Menak Parahiyangan pun
menghilang, mereka pergi mengungsi menghindar ke gua-gua dan ke
gunung-gunung yang jauh. Tidak ada yang bisa bertindak, semua pergi
melarikan diri. Prabu Ciungwanara mengungsi ke tempat sunyi di
pertapaannya Ajar Ujung Banaliwung. Di situ dia dilindungi oleh Ki Ajar.
Prabu Ciungwanara sudah mengerti bahwa anak cucunya sudah bercerai
berai berlarian menyelamatkan diri dari kerusuhan, keadaannya kacau
mereka sudah tidak menghiraukan lagi yang membuat keributan. Mereka
semua berlarian tidak memikirkan lagi kedudukan. Negara sudah porak
poranda dikalahkan oleh Kidang jejadian dan ditempati oleh Kidang
menjangan inton-inton.
Dalam
keangkuhannya mereka mengusir raja, membalas dendam karena diburu oleh
Mundhingkawati. Yang semula memburu sekarang berganti diburu. Kidang
Panawungan beserta pengikutnya menguasai di Pakuan Barat yaitu
Parahiyangan. Malahan mereka sudah mempunyai anak bernama Kidang
Pananjung yang kemudian berubah menjadi manusia. Adapun Manjangan
Gumlunggung dengan pengikutnya menguasai wilayah Pajajaran, para kuwu
Pakuan sebelah timur. Sedangkan daerah Pajajaran sebelah tenggara sudah
dikuasai oleh Kidang Sampati, sebelah baratnya oleh Kidang Panawung, dan
sebelah timurnya oleh Manjangan Kumlingking yang sudah menurunkan anak
bernama Manjangan Gumaringsing yang berupa manusia.
Asal
muasalnya mengapa waktu itu Kidang Manjangan tertarik berhubungan
dengan manusia sebab dimulai pada waktu dahulu oleh Linggahiyang. Sama
halnya dengan Kidang Panawungan, akhirnya menjadi manusia. Bilamana
manjangan yang di Galunggung suka kepada manusia, maka monyet Cogowang
ya sama juga, mereka suka kepada manusia sebab asal-usulnya dari Lutung
Kasarung dahulu. Itulah asal muasalnya seperti begitu. Bilamana
dikisahkan bahwa pada waktu itu ada penduduk yang berkerabat dengan raja
hewan, memang sesungguhnya ada, hal ya menyimpang selamanya.
X.03 Siliwangi diambil Nyi Rara Sigir (pupuh XLII.24 – XLIII.04)
Siliwangi
masih kecil dan masih menjadi anak penggembala. Jelek dan kotor, anak
kecil yang tidak mengetahui adat istiadat. Tidak lama kemudian dia
memperoleh kebahagiaan. Puteri dari menak Sindangkasih yang bernama Nyi Rara Sigir[i]
tertarik untuk mengambil si kecil Siliwangi. Anak itu diurus serta
dimandikannya sehingga muncul cahaya kebesarannya. Sekarang tampak
tanda-tanda bahwa dia adalah keturunan dari bangsawan besar.
Gilang-gemilang bersinar cahayanya, memancar keluar sehingga sang Ayu
Rara Sigir jatuh cinta kepadanya dan menginginkannya untuk menjadi
jodohnya. “Jadikanlah Jaka Siliwangi ini menjadi jodohku, semoga
tercapai keinginan hatiku”, begitulah permintaannya.
Dikisahkan
kemudian, pada waktu itu terjadi malapetaka. Ciptaannya Dalem Palimanan
bermaksud akan menculik Putri Rara Sigir. Raksesa itu datang menyambar
sang putri, namun sang putri Sigir dapat mengelak dan segera ditolong
oleh Siliwangi. Dua raksesa itu dilawannya, ditendang hingga raksesa itu
jatuh terguling-guling. Ketika itu semua orang di Sindangkasih
menyaksikan akan kesaktian Siliwangi. Mereka menduga bahwa anak itu
pastinya bukan anak sembarangan, dia telah mampu mengusir kedua raksesa
itu. Dengan kejadian itu orang Sindangkasih mulai melihat Siliwangi
sebagai seseorang yang tidak bisa diremehkan (bersambung).
Catatan: Nyi Rara Sigir, atau Ambetkasih putri Gedeng Sindangkasih, Cirebon (Sejarah Jawa Barat:54).
Assm. Wr. Wbr.
BalasHapusYth, Ibu.Hajjah Raden Ayu Lina Kaditha
mohon maaf, jika di ijinkan ALLAH SWT, sy ingin tukar pikiran tentang Sri Baduga Maharaja dan keturunannya, pada Ibu
Dimana sy bisa temui Ibu,
No. HP sy : 081384816699
email : illaguedoang@gmail.com
mohon maaf sudah mengganggu
hatur nuhun
indrawan hanafie