X.04 Siliwangi mengusir Kidang jejadian (pupuh XLIII.04) – XLIII.12)
Setelah
sekian lamanya, timbul keinginan Siliwangi untuk mengusir para
menjangan jejadian, hal mana dicegah oleh Rara Sigir. “Jangan lakukan
itu, aku khawatir kamu tidak akan mampu melawannya karena kesaktian
mereka itu tidak tertandingi. Mereka telah mampu mengalahkan Prabu
Mundingkawati”. Pemuda Siliwangi menjawab, “Mati dalam membela negara
adalah permata bagi seorang laki-laki. Mencari apa lagi, bukankah dengan
perbuatan itu surga indah akan diperolehnya kelak”.
Tidak
dapat dihalangi lagi, kemudian Siliwangi berangkat. Tanpa membawa
pengiring dan hanya dengan membawa panah dan busurnya dia pergi
menantang bahaya yang menantinya. Kyan Manjangan Gumulung sudah
bersiap-siap menghadapi kehebatan manusia yang datang itu. Siliwangi
diterjangnya namun lolos seperti menerjang bayangan saja. Kemudian
serangan Manjangan Gumalunggung itu dibalasnya, anak-anak panahnya
dilepaskan dan kemudian diamuk dengan pemukul, hingga akhirnya rusa itu
pun rebah dan mati. Kemudian anaknya, yaitu
Manjangan Gumaringsing, datang membela dengan bala tentaranya. Namun
Manjangan Gumaringsing segera disambut oleh senjatanya Siliwangi.
Senjata itu mengenainya dan dia terbawa terbang, dan ketika jatuh dia
berubah menjadi manusia. Kemudian Manjangan Gumaringsing segera datang
menyerahkan diri dengan memberikan hormatnya kepada Siliwangi.
Betapa kagumnya para menak dan kuwu
yang menyaksikan kesaktiannya junjungannya. Selama sebelas tahun
kota-kota telah kosong dan baru sekarang ada Jaka Siliwangi yang mampu
merebut lagi puri, dan lebih dari itu Manjangan Gumaringsing telah
menyerahkan diri dan berbakti kepadanya. Dia diampuni dan diberi daerah
kekuasaan di Gunung Galunggung tempatnya.
X.05 Jaka Siliwangi membebaskan Parahiyangan (pupuh XLIII.13 – XLIII.22)
Kemudian
Jaka Siliwangi pergi ke arah barat, menuju Parahiyangan. Kidang
Panawungan waktu melihat berkelebatnya kedatangan manusia segera dia
memburunya dan Jaka Siliwangi pun kemudian dihadapinya. Namun dengan
mudah Kidang itu disabet dan dipanah oleh Siliwangi hingga Kidang
Panawungan pun mati. Kemudian sang anak, Kidang Pananjung, datang hendak
membela ayahandanya. Dia menghadapi Siliwangi namun diapun segera
terkena oleh panahnya Siliwangi. Kidang Pananjung jatuh dan berubah
menjadi manusia. Kemudian dia datang menyembah kehadapan Siliwangi.
Itulah awalnya bagaimana menak-menak Parahiyangan bisa kembali
lagi ketempatnya dan berkedudukan lagi seperti waktu dahulu. Sebelas
tahun lamanya mereka mengungsi dan sekarang bisa dipulihkan kembali oleh
Jaka Siliwangi. Kidang Pananjung kemudian diampuni dan diberi daerah di
Panawungan.
Pulih
sudah keamanan di Bumi Pajajaran, Siliwangi mulai menghimpun
pemerintahan di Pajajaran yang kelak bakal diperintahnya sebagai raja
yang kuat. Tidak antara lama Prabu Sepuh Ciungwanara pergi ke Ujungbana.
Dia sangat berterimakasih atas pertolongan jejaka perwira muda yang
sakti ini, yang telah merebut kemuliaan yang sangat besar, dia akan
menjadi penerus raja Pajajaran. Tidak lama kemudian datang Sanghyang
Parwatali, Sanghyang Talibarat, Gelap Nyawang dan para saudaranya yang
lain memberitahukan bahwasanya pemuda itu adalah anaknya Mundingkawati
yang dilahirkan di tegal padang Siliarum. Ketika diburu oleh Kidang
Manjangan, waktu itu sudah waktunya sang bayi lahir hingga dilahirkan di
perjalanan. Sang bayi jatuh tertinggal di Tegal Siliwangi. Adapun kedua
orang tuanya masuk ke gunung meninggalkan bayi itu. Sang bayi
dibersihkan oleh seekor induk harimau, kemudian ditemukan oleh Ki Borih
dimana dia memperoleh kekebalan dan kesaktian (bersambung).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar