Peristiwa
pemberontakan Ki Bagus Rangin tertulis dalam “Naskah Mertasinga”
walaupun hanya dalam 3 pupuh sebagaimana terlihat di bawah ini.
Pemberontakan ini yang kemudian dilanjutkan oleh Ki Bagus Serit
merupakan pemberontakan rakyat Cirebon terhadap penjajahan. Peristiwa
pembuangan Pangeran Raja Kanoman sebagaimana ditulis di bawah ini
merupakan ‘puncak gunung es’ dari pemberontakan ini karena akar
permasalahannya disebabkan karena keadaan rakyat yang menderita
diakibatkan oleh “kerja rodi” Belanda, “tanam paksa” Raffles dan Culturstelsel
dari Van der Capellen yang mengakibatkan penderitaan yang
berkepanjangan dan kelaparan besar di Cirebon yang mengobarkan
pemberontakan-pemberotakan ini.
Pemerintah
Inggris kewalahan menghadapi pemberontakan ini yang laskarnya
bermunculan dimana-mana, sehingga hampir dapat merebut kota Cirebon.
Sebagai gambaran kami kutip apa yang ditulis oleh seorang perwira
Inggris, Major William Thorn, dalam bukunya “The Conquest of Java”, mengenai pemberontakan ini.
PEMBERONTAKAN KI BAGUS RANGIN.
(pupuh LXXXVI.07 - LXXXVI.10)
Waktu
itu negara masih ribut karena banyak orang yang memberontak. Kali ini
namanya Ki Bagus Rangin. Perlawanannya menggemparkan seisi negara,
kehendak nya ialah agar sembahannya yaitu Pangeran Raja Kanoman diangkat
menjadi raja. Sebetulnya hal ini adalah rekayasa Belanda juga, itulah
sebabnya Pangeran Raja Kanoman dari pembuangan dikembalikan lagi ke
Carbon dan dinobatkan dengan gelar Sultan Carbon Buhaeriddin. Akan
tetapi dengan perjanjian bahwa tahtanya itu hanya berlaku selama
hidupnya saja. Dengan demikian ada lagi Kacarbonan yang Sultannya dari
Kanoman asalnya, adapun kaulawadyanya di bagi tiga lagi. Terjadi pada
tahun Hijrah Nabi 1224 (1807 M).
PEMBERONTAKAN KI BAGUS RANGIN MENURUT “THE CONQUEST OF JAVA”
Pemberontakan
Ki Bagus Rangin di Indramayu pada awal abad ke-18, merupakan salah satu
pemberontakan bangsa Indonesia terhadap penindasan penjajah pada waktu
itu. Pada tanggal 4 Agustus 1811, 100 buah kapal Inggris mendarat di
Batavia dengan 12.000 serdadu Inggris untuk membawa misi dari English
East India Company. Diantara mereka ada seorang perwira, Major William
Thorn (Thorn,1993:124), yang dalam bukunya mencatat mengenai
pemberontakan tersebut sebagai berikut :
"....Sementara
itu perhatian pemerintahan Inggris beralih kepada pemberontakan yang
patut diperhitungkan yang dilakukan oleh Bagoos Rangin. Dia telah
mengumpulkan kekuatan di daerah perbukitan di Indramaju. Pemberontak
yang berkekuatan besar ini banyak diantaranya adalah desertir dan
pelarian dari serdadu Perancis yang melarikan diri setelah pertempuran
Cornelis. Kepala pemberontakan ini selama 6 tahun telah berhasil
melepaskan diri dari usaha penangkapan oleh pemerintahan Belanda, dia
telah dianggap oleh pengikutnya sebagai nabi atau pendeta agung.
Kefanatikan ini menyebabkan tidak goyahnya dukungan rakyat kepadanya
walaupun pada waktu itu pemerintah mengiming-imingkan hadiah bagi
penangkapan nya. Pada saat ini dia telah menguasai beberapa desa dan
maju terus mengancam kota dan benteng Indramaju. Untuk menghadapinya,
satu detasemen dari Bengal Sepoy dibawah Capt. Pool segera dikirim dari
Batavia untuk memperkuat garisun yang ada. Kemudian detasemen lain yang
terdiri dari orang-orang Eropah dan pribumi dibawah pimpinan Capt. Ralph
dari His Mayesty's 59 Regiment menyusul, dengan perintah untuk
menghancurkan arus yang sudah tidak tidak terkendali itu.
Capt.
Ralph dan detasemennya akhirnya menjumpai, dengan tidak
disangka-sangka, dengan para pemberontak itu d’alam jumlah yang besar.
Lebih dari 2000 musqueteers (serdadu infantri) berbaris ditepi kali
melepaskan tembakannya kepada pasukan Inggris, dan kemudian mereka
datang mendekat sehingga pertempuran satu lawan satu tidak dapat
dihindarkan lagi. Dalam pertempuran ini banyak yang luka-luka dan mati
hingga akhirnya pasukan pemberontak itu melarikan diri. Kerugian di
fihak Inggris tidak berarti dimana seorang calon prajurit dari Resimen
ke-59 terbunuh, dan Capt. Jones dari Bengal Service dan beberapa calon
prajurit lainnya luka-luka. Bagoos Rangin sendiri dapat meloloskan diri.
Belum selesai dengan masalah ini, kami harus meninggalkan pulau Java
dan mengalihkan perhatiannya ke pulau Sumatra ....dst".
Menurut
“Sejarah Indramaju”, penangkapan Bagus Rangin akhirnya berhasil
dilakukan oleh Belanda dengan tipu muslihat. Utusan Belanda menemuinya
dan mengatakan bahwa Gubernur Jendral telah mengangkat Bagus Rangin
menjadi Demang dan kelak menjadi Tumenggung di Indramayu. Untuk
merayakan pengangkatan itu Belanda menyelenggarakan pesta semalam suntuk
yang ternyata kesempatan itu dipergunakan untuk menipu dan
menghancurkan kekuatannya (Dasuki,1984:207).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar