(Hasil alih aksara dan alih bahasa dari naskah-naskah lama mengenai Babad Cirebon dan Pajajaran by Amman N W)
WALISANGA MENGHADIRI WAFATNYA SUNAN AMPEL
(pupuh XXII.48 - XXII.53)
Kita
tinggalkan dahulu kisah mengenai Carbon, Sinuhun Purba diminta untuk
datang ke timur karena diperoleh khabar bahwa Sunan Ampel telah wafat.
Para Wali yang sembilan semuanya datang berkumpul disana untuk mengurus
dan menyempurnakan jenazah Sunan Ampel, yang kemudian dimakamkan di
Ampel Denta. Sesudah itu para wali berkumpul di tempatnya Sunan Giri
Gajah di Gresik. Wali yang sembilan sama-sama akan membicarakan ilmunya,
ilmu Walisanga yang ma’rifat. Para wali yang berkumpul yaitu: Sunan
Bonang, Syekh Majagung, Sunan Jati Purba, Syekh Benthong, Sunan
Kalijaga, Syekh Maulana Magribi, Syekh Lemabang, Sunan Giri, dan Sunan
Kudus .
PERDEBATAN PARA WALI DENGAN SYEKH LEMABANG ( I )
(pupuh XXII.54 - XXIII.08)
Dalam
pertemuan ini kemudian Walisanga bersepakat untuk bertukar pikiran
menyingkapkan rahasia, dan membicarakan hal yang sudah sama-sama
diketahuinya, amingkis tedeng-megat balabare dipun sami aliman
mutakaliman (menyingkapkan tabir penghalang, menguraikannya untuk
sama-sama diketahui), masing-masing akan mengungkapkannya secara
terbuka. Dengan kesepakatan seperti itu, satu persatu para wali itu
menyampaikan pendapatnya.
Sunan Bonang berkata :
"Kang aran Allah iku, ya Allah jatine dede dzat kang sinembah kang disembah boten wonten sanes sipun, inggih punika tekad kula".
Syekh Majagung berkata :
"Kang aran Allah iku nyatane boten wonten anging dzat kang asih kang tunggal tan ana roro tetelu, punika tekad kula".
Sinuhun Jati berkata :
"Kang aran Allah iku Pangeran kang darbe warna, ing warnane kang sipate kuline wajib mokhal wenang, inggih punika tekad kula".
Sunan Kalijaga berkata :
"Kang
aran Allah iku tan ana sanes anging dzat kang tumunggal inggih kang
tinenggalan ing siang lawan dalu, inggih punika tekad kula".
Syekh Benthong berkata :
"Kang aran Allah iku jatine inggih punika tan liyan nanging dede punika ing sajati jati nipun inggih punika tekad kula"
Syekh Maulana Magrib berkata :
"Kang
aran Allah iku inggih punika jatine nanging dede kang jasad yenta tan
wonten jasad yaktine inggih puniku, punika tekad kula".
Sunan Giri berkata :
"Kang
aran Allah iku lar gumbumulah wayange sapa waraha aran nanging yen ta
sun arana yaiku nama nisun nanging samangko pened ana nisun kang sajati
jujuluk Prabu Sasamat, inggih punika tekad kula".
Sunan Kudus berkata :
"Kang
aran Allah iku punika kados anggen ing sare enjang sonten nipun ing
tenggele ing bedane tan beda, inggih punika tekad kula".
Syekh Lemabang, dengan suara keras berkata :
"Iya
isun kang aran Allah iki, ora nana roro telu, ing ngendi ana maning
ingkang nama Allah saliyane saking ngisun". (Akulah yang bernama Allah
itu, tidak ada dua tiganya dimana lagi ada yang namanya Allah selain
aku).
Maulana
Magrib memotong: "Ini namanya jisim, mustahil Allah itu berbentuk".
Syekh Lemabang menjawab dengan membentak, "Aku tidak ingin
menutup-nutupi, bukankah tadi sudah sepakat bahwa kita akan membuka diri
tanpa ada yang ditutup-tutupi. Mengapa sekarang jadi begini bukankah
itu namanya mementahkan kesepakatan".
Maulana
Magrib berkata: "Tuan Syekh Lemabang, tuan akan mendapat hukuman kalau
masih berpikir seperti itu". Syekh Lemabang dengan keras menjawab: "Aku
tidak takut. Sekarang berani nanti pun aku berani, tidak akan aku
bergeser dari keyakinanku. Kapan saja dijatuhkan hukuman itu kepadaku,
aku tidak takut, aku ini sudah sedia untuk mati". Syekh Benthong berkata: "Pastinya tuan ini sudah menjadi orang kafir, dan patut dimusnahkan kalau tekadnya seperti itu".
Sunan
Jati berkata: "Perihal menjatuhkan hukuman kepada Syekh Junti, aku
minta tuan-tuan bersabar dahulu. Karena ini baru pertama kalinya,
seharusnya para wali dapat memaafkannya. Kalau nanti sampai kelak begitu
terus tidak menghiraukan nasihat, dan melawan sampai tiga kali, maka
baru patut untuk dihukum mati". Syekh Benthong turut menengahi dan
berkata: "Betul sekali apa yang dikatakan Nata Carbon ini, karena
sebelum kita membunuh kadang-kadang harus mendengarkan kepada
orang yang lupa itu dan memberinya kesempatan untuk meminta tobat.
Sungguh Allah itu Maha Pemaaf, sifat-Nya Rachman dan Rochim, oleh karena
itu sekarang aku minta kepada semuanya untuk melupakan dan mohon
kesabarannya". Walisanga semua akhirnya sepakat dan mufakat mengenai
penyelesaian masalah ini.
(bersambung).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar